Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Koboy Kampus", Kolase Komedi Satir yang Lucu Namun Nyaris Tanpa Arti

26 Juli 2019   08:23 Diperbarui: 26 Juli 2019   10:50 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: mncp movie
sumber: mncp movie
Namun nyatanya film ini hanyalah menjadi sekadar kolase komedi tanpa memberikan sebuah arti. Satir tentang sosial politik seperti yang ditampilkan di awal film, justru menghilang di pertengahan film dan berganti dengan komedi percintaan yang juga ditampilkan setengah-setengah sembari menyelipkan lagu-lagu milik Pidi Baiq dan The Panas Dalam Bank yang dinyanyikan ulang oleh Jason Ranti.

Praktis, unsur musikal yang disematkan sebagai salah satu genre di film ini hanya menjadi sekadar penegas bahwa film ini memiliki adegan bernyanyi yang cukup banyak. 

Tak ada yang salah memang, namun cerita yang tiba-tiba terpotong dan berganti dengan cerita lain membuat film ini cukup kehilangan arah dan kebingungan antara tetap di jalur satir politik atau komedi percintaan. Sederhananya, tiap-tiap adegan film ini hanya menjadi semacam visualisasi atas lagu-lagu yang diciptakan oleh Pidi Baiq.

Sepanjang Jalan Ganesha, Yang Penting Nia Nya, Dunia Tanpa Nia dan Sudah Jangan ke Jatinangor, menjadi beberapa lagu yang dinyanyikan di tengah film, entah sebagai pembuka sebuah adegan ataupun jawaban atas konklusi sebuah adegan yang sejatinya juga, ehhm, masih tanggung. 

Dan bagi yang sudah pernah mendengarkan The Panas Dalam sebelumnya, mungkin akan sedikit tercerahkan dengan maksud tiap-tiap lagu yang dibuat oleh ayah Pidi Baiq tersebut.

sumber: jppn.com
sumber: jppn.com
Beberapa karakter juga muncul lalu menghilang dan berganti dengan karakter baru yang juga entah dari mana datangnya. Namun hebatnya, semua itu tak membuat tawa penonton hilang. Justru setiap karakter yang datang atau pergi tiba-tiba, membawa unsur komedi yang juga berbeda-beda.

Hanya saja jika gaya penceritaan Pidi Baiq terpotong-potong seperti itu, alangkah baiknya jika film ini dibuat sebagai antologi saja. Gabungan 5 cerita pendek misalnya, yang tema politik, percintaan dan juga komedi khas anak kampus menjadi benang merah antar ceritanya. Ya, setidaknya itu menurut saya.

Era 90-an yang Kental dan Mengundang Nostalgia

akurat.co
akurat.co

Sama seperti dua film Dilan yang mampu membangkitkan nostalgia era 90-an, film ini pun demikian. Dari segi fashion, mobil-mobil yang berseliweran, hingga berbagai kegiatan di tempat umum seperti bertelepon di telepon umum dan juga di bilik KBU Wartel(Warung Telepon), menjadi adegan yang menampilkan nostalgia jaman tersebut. 

Bahkan kejadian lucu yang memang relate dengan keadaan saat itu juga turut dimunculkan. Seperti telepon umum yang digebuk lantas mengeluarkan banyak koin ataupun mengerjai teman dengan cara memberikan nomor telepon perempuan yang ternyata merupakan nomor telepon agen kecap manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun