Mohon tunggu...
yona listiana
yona listiana Mohon Tunggu... Desainer - penjahit

suka mancing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Mana Bumi Dipijak, Di Situ ...

15 Agustus 2022   20:49 Diperbarui: 15 Agustus 2022   21:40 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak cara untuk memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Di media, kita melihat ada sejumlah warga di Jawa Tengah membentangkan bendera merah putih sepanjang jalan dan gang kecil di suatu kota. Ada pula yang melakukan upacara di laut. Ada pula yang mengibarkan bendera merah putih di puncak Jayawijaya.

Beberapa orang melakukan hal sederhana semisal merapikan gapura dan balai RW masing-masing serta menghiasnya semenarik mungkin. Ada pula yang mengecat pagar sekolah dengan warna bendera merah putih dan sebagainya.

Terlepas dari rutinitas, apa yang dilakukan sebagian warga Indonesia itu adalah symbol dari cinta tanah air. Bahwa mereka sadar lahir dan besar di Indonesia , dan mereka menghargai pencapaian pejuang masa lalu untuk mengusir penjajah yang pada kontks itu tidak gampang. 

Karena itu mereka melakukan itu semua, saya pikir dengan niat tulus dan hati yang bersih untuk mencintai bangsa dan negara ini. Sehingga ungkapan kata : dimana bumi dipijak disana langit dijunjung adalah ungkapan yang pas dengan makna kecintaan kita pada tanah air.

Hanya saja memang, ada segelintir orang yang kurang menghargai makna itu. Mereka acapkali mengesampingkan penghargaan terhadap tanah air ini. Mereka ini juga sering membenturkan dengan agama yang dianut mayoritas penduduk Indonesia. Mereka membawa dalil-dalil berupa hadits yang seringkali tidak cocok dengan konteks Indonesia.

Mereka juga membuat film seakan Indonesia punya jejak-jejak keIslaman yang erat. Mereka juga sering tidak menghargai symbol negara berupa bendera, Pancasila dan lagu kebangsaan Indonesia raya. Mereka juga tidak menghargai sesama warga yang berbeda keyakinan; bahkan menjauhi dan memusuhinya.

Ada suatu masa juga dimana kaum ini juga memusuhi aparat. Beberapa kantor polisi diserang, dibom rakitan maupun bom professional. Mereka menganggap polisi adala represetasi dari negara dan itu thogut dan halal darahnya. 

Kita mungkin juga belum lupa dengan peristiwa bom Surabaya tahun 2018 yang membuat tiga gereja luluh lantak. Pelaku bom itu adalah sebuah keluarga yang mendotrin anaknya nahwa kafir layak dibunuh. Pelaku bom itu adalah kepala keluarga, ibu dan empat orang anaknya.

Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung seharusnya bisa kita renungkan bersama. Tanah dimana kita lahir dan hidup dan memberi banyak warna pada kehidupan kita. Sekelam apapun adalah tanah kita. Sama dengan orangtua atau rumah temoat kita dibesarkan.

 Seburuk apapun hal itu bertalian erat dengan kita sehingga tak usah kita memungkirinya, dengan dalih agama sekalipun.

Selamat hari jadi Kemerdekaan ke 77,  Indonesia tetap Jaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun