Mohon tunggu...
yona listiana
yona listiana Mohon Tunggu... Desainer - penjahit

suka mancing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Simpati dan Empati Itu Menambahkan, Bukan Mengurangi

30 April 2020   05:00 Diperbarui: 30 April 2020   05:04 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu kita merasa haru ketika beberapa bocah (dari umur 4 sampai 12 san tahun) secara pribadi memberikan sumbangan celengan mereka untuk para korban Covid-19. Korban covid 19 itu bisa saja adalah petugas medis dan kalangan bawah yang terdampak ekonomi cukup parah karena pandemic ini.

Di tayangan televisi sumbangan celengan itu menyertakan celengan mereka yang berbentuk ayam dan menghitung uang hasil celengan meraka selama enam sampai satu tahun. Bahkan ada bocah yang memberikan hadiah uang dari khitanannya sekitar 5 juta rupiah untuk para tersampak covid-19.

Aksi para bocah ini seharusnya menjadi perhatian kita semua. Karena tidak semua orang bisa punya empati terhadap orang lain yang menderita karena penyakit ini; entah itu dokter, petugas media atau orang miskin. Bahkan mungkin sebagian dari mereka belum sepenuhnya paham kenapa penyakit ini kini menjadi momok dunia dan penyebab banyak orang mati dan menderita. Seorang anak dari Madura misalnya, dia masih berumur 4 tahun dan belum sepenuhnya paham soal pandemic ini.

Aksi ini adalah spontan dan tanpa seremoni sama sekali, apalagi politis. Aksi-aksi masyarakat seperti ini berasal dari simpati dan empati mereka karena melihat banyak orag menderita karena penyakit ini. Simpati dan empati itu berasal dari hati dan berbeda dengan simpati karena tugas apalagi politis.

Aksi seperti ini merupakan sebagian kecil dari aksi masyarakat terhadap korban Covid-19 dan para petugas media. Banyak aksi masyarakat yang melibatkan para anggota masyarakat dari kalangan pendidik, intelektual, kaum ibu, para artis, dan para pihak lainnya yang ikut berbagi dengan membagikan masker, alat pelindung diri (APD) untuk petugas kesehatan, sembako dan bentuk lainnya kepada para korban.

Simpati dan empati ini melintas batas, artinya tak kenal siapa pemberi dan penerima. Memberi benih untuk solidaritas. Bisa berasal dari luar negeri dari luar daerah , maupun tetangga kampung atau sewilayah. Mereka memberi semobako atau uang tanpa pandang bulu, meski pemerintah juga sudah memberi bantuan para korban ini. 

Bantuan dari masyakat ini juga tidak memandang birokrasi dan tidak berbelit-belit sehingga banyak orang terbantu. Satu keluarga menerima 5 kilo beras dan 2 kilo gulka, sudah sangat berarti untuk mereka.

Karena itu selalu pupuklah simpati dan empati kita untuk para petugas medis dan anggota masyakarat yang terdampak. Dengan memberi kita akan ditambahkan, bukan mengurangi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun