Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTB) saat ini menjadi pembicaraan hangat dikalangan masyarakat luas, karena memiliki kekayaan alam melimpah serta menjadi corong destinasi wisata dunia. Bentangan lautnya yang begitu luas dan terumbu karang yang mempesona dan kilauan mutiara yang menghipnotis jutaan wisatawan mancanegara. Bentangan gunung yang menjulang tinggi merupakan surga bagi para pelancong pencinta alam untuk menjajakinya dari tahun ke tahun.
Hal ini terbukti dari laporan Data kata Indonesia mengatakan, selama tiga tahun berturut-turut ekonomi NTB tumbuh diatas rata-rata Nasional di atas lima persen. Â
Dari sekian banyak potensi alam yang kaya dan indah tersebut ternyata propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) juga menyimpan sejuta kekayaan adat istiadat, kultur budaya dan keberagaman Agama. Kekayaan ini tersimpan rapi dalam pola kehidupan tiga suku besar Nusa Tenggara Barat (NTB) yakni, Sasak, Samawa dan Mbojo. Ketiga suku ini hidup berdampingan sejak  ratusan Tahun yang lalu dan kini telah menjelma menjadi kekuatan besar bagi kemajuan Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Secara geografis Nusa Tenggara Barat (NTB) diapit oleh dua benua besar yang memiliki kehidupan sosio kultural dan agama yang jauh berbeda. Di sebelah barat ada Propinsi Bali yang mayoritas penduduknya menganut agama Hindu, dan sebelah timur ada Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mayoritas penduduknya adalah penganut agama Kristiani. Sedangkan untuk Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sendiri mayoritas penganut agama Islam.
 Dalam perjalanan sejarahnya ketiga suku besar Nusa Tenggara Barat (NTB) yakni Sasak, Samawa dan Mbojo, Islam merupakan kekuatan utama dalam menghadapi segala bentuk problematika kehidupan sosial. Kekuatan agama inilah mampu menjadikan masyarakat NTB mampu hidup rukun dan damai berdampingan satu sama lain ditengah keberagaman suku dan agama yang ada.
Merawat semangat toleransi masyarakat NTB tentunya tidak terlepas dari peran strategi sang Gubernur, Muhammad Zainul Majdi yang kerap disapa TGB. Dalam kurun kepemimpinannya, TGB tak hanya berhasil dalam menerapkan nilai-nilai moderasi Islam dengan baik di masyarakat, tetapi itu juga menjadikan suatu energi baik serta unggul untuk kemajuan masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB).
Moderanisasi Islam yang dimaksud TGB seyogyanya adalah Islam ramah, jalan tengah, mengayomi, perdamaian dan saling menghormati dalam perbedaan agama dan sosio kultural. Namun bukan Islam yang mengancam, menteror dan menakutkan. "tanpa kedamaian dan kerukunan masyarakat yang merupakan salah satu bentuk moderinasi Islam, mustahil bagi kami untuk membangun NTB" ujarnya.