Mohon tunggu...
Alvin Syahputra
Alvin Syahputra Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa UKSW Salatiga

Mahasiswa UKSW Salatiga Tahun 2019 Fakukltas pertanian dan bisnis Prodi Agroteknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Memanfaatkan Kebaikan di Balik Keburukan Eceng Gondok

7 Februari 2021   15:08 Diperbarui: 7 Februari 2021   18:01 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 : Foto Eceng Gondok Di Danau

Tanaman Hortikultura merupakan jenis tanaman yang  sangat sering dikonsumsi oleh manusia. Adapun tanaman hortikultura yang sering dibutuhkan manusia adalah sayuran, buah-buahan, tanaman obat, serta jamur. Seiring peningkatan populasi manusia di muka bumi, maka semakin tinggi juga kebutuhan pangan yang harus dipenuhi. Dengan demikian peluang tingginya kebutuhan dan produksi tanaman hortikultura sangat besar.

Melihat besarnya peluang untuk memproduksi tanaman hortikultura, maka tentunya dibutuhkan yang namanya modal dalam melakukan produksi tanaman. Unsur hara termasuk dalam modal atau faktor utama dalam melakukan produksi tanaman. Unsur hara di setiap wilayah tidaklah konsisten kandungannya. Semakin banyak kebutuhan pupuk untuk memenuhi kebutuhan unsur hara, maka semakin besar biaya produksi yang dibutuhkan sehingga keuntungan dari hasil produksi berkurang. 

Untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara tentunya tidak mudah dan juga jumlah kebutuhannya ditentukan oleh kondisi media tanam. Saat ini, para petani pada umumnya menggunakan pupuk kimia untuk meningkatkan kualitas dan jumlah unsur hara tanaman yang diproduksi. 

Padahal tanpa disadari, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan terus-menerus akan merusak eksosistem alam. Bahkan merusak kualitas tanah dan mikrorganisme di dalamnya dapat keracunan. Selain itu, dari sisi hasil produksi yang dihasilkan tentunya tidak terlalu aman dikonsumsi dikarenakan menggunakan pupuk kimia. Oleh karena itu, diperlukan sumber alternatif unsur hara untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang diproduksi. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi baru yang mampu penekanan kebutuhan pupuk agar keuntungan dari biaya produksi tidak berkurang. 

Di alam ini sangat banyak sekali tanaman maupun sumber alternatif unsur hara yang dapat diolah. Salah satunya adalah tanaman eceng gondok yang awal perkembangannya dijadikan tanaman hias lalu berubah menjadi tanaman gulma. Eceng gondok adalah salah-satu jenis tumbuhan air terbesar yang hidupnya mengapung bebas di perairan yang luas. Tanaman ini masuk ke Indonesia pada tahun 1894 yang dimana awalnya ditemukan di perairan sungai amazon, Brasil pada tahun 1824 oleh Karl von Martius.   

Tanaman eceng gondok ini awalnya dijadikan tanaman hias, namun dikarenakan perkembangannya yang begitu cepat, sehingga tanaman ini dijadikan tanaman pengganggu. Tanaman ini memberikan dampak buruk seperti peningkatan proses evotranspirasi, penyumbatan saluran irigasi, dan bahkan menurunkan hasil perikanan yang hidup dibawah tempat hidupnya. 

Namun, tidak semua hal yang buruk sepenuhnya buruk. Penelitian telah membuktikan bahwa tanaman eceng gondok ini dapat diolah sebagai bahan organik yang dimana melalui teknologi pengomposan. Teknologi pengomposan ini hampir sama layaknya kompos alami lainnya yang dimana merupakan proses hayati. Selain itu, pengomposan ini dibantu oleh mikroorganisme antara lain bakteri, protozoa, dan fungi.   

Pemanfaatan tanaman eceng gondok untuk membantu pertumbuhan produksi tanaman dapat dilakukan dimana saja. Hal yang paling pentingnya adalah usahakan wilayahnya  banyak ditanami eceng gondok atau wilayah perairan seperti sungai danau dan rawa tertentu yang mendukung ketersediaan tanaman eceng gondok. 

Manfaat dari pengaplikasian bahan organik dari tanaman eceng gondok ini sangat beragam antara lain membantu perbaikan sifak fisik tanah, membantu peningkatan ketersediaan unsur hara, dan tentunya hasil produksi tanaman ramah lingkungan tanpa bahan kimia berbahaya, bahkan meningkatkan kualitas produksi khususnya tanaman jagung manis. 

Jadi, tidak semua hal di alam memiliki satu sisi kebaikan dan keburukan. Melainkan dimana ada sisi baik pasti ada sisi buruknya dan begitu sebaliknya. Hanya saja bagaimana cara kita menanggapi atau mengolahnya yang akan menjadi penentuan apakah hal tersebut tetap memberikan dampak buruk.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun