Dari sini Anda bisa menyimpulankan bahwa betapa pentingnya Bendungan Tilong. Ia menopang kehidupan masyarakat kota Kupang dengan menyuplai air hingga ke dalam rumah tangga masing-masing.
Ini berbanding terbalik dengan kami masyarakat Tilong. Malah boleh kubilang sangat ironis. Kenapa? Sebab air Bendungan Tilong yang melimpah itu tidak dinikmati oleh masyarakat Tilong sendiri. Air itu mengalir ke Kupang dengan limpah, tapi tidak setetes pun mampir di rumah-rumah kami orang Tilong.
Sebagai gantinya, kami justru membeli air yang dibawa truk-truk tanki dari Kupang. Kami menyuplai air ke Kupang tapi membeli air dari Kupang. Bukankah ini sebuah ironi? Padahal kamilah yang seharusnya terlebih dahulu menikmati air dari Bendungan Tilong.
Tapi itu tidak kami dapatkan. Aku pun tidak tahu kenapa hal ini bisa terjadi. Apakah memang Bendungan Tilong dibangun hanya untuk masyarakat di luar Tilong? Atau apakah Tilong itu kampung kecil yang terpencil sehingga masyarakatnya tidak layak mendapatkan air bersih nan bergengsi dari PDAM? Entahlah!
Ya, sudah. Biarlah itu menjadi misteri kecil masyarakat kecil di Tilong. Hanya ada satu harapan, semoga pemerintah yang adalah wakil Allah di dunia ini mampu menyikapi dengan bijak.Â
Dengan begitu semoga suatu saat, yang entah kapan, kami masyarakat Tilong mendapatkan aliran air bersih dari bendungan kebanggaan kami itu.
Oleh karena itu, aku ingin menutup uraian ini dengan mengutip kembali syair di awal tulisan ini. Â Syair Pak Gesang itu aku ubah sedikit mengikuti rasa dalam hati kami. Biarlah syair berikut sebagai representasi mulut masyarakat Tilong.
Mata airmu dari Tilong
Terkurung gunung Nefosamene
Air mengalir sampai jauh
Tak masuk rumah kami
Tabe!Â
Tilong-Kupang, NTT
Senin, 12 September 2021 (19.55 wita)