Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebiasaan Kebersamaan Orang Tilong

10 September 2021   13:26 Diperbarui: 10 September 2021   13:29 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebersamaan: lingkarpng.com

Masih ada satu kebiasaan lagi yang tersisa selain jamuan makan dan badansa, yaitu alkohol. Yang aku maksud adalah minuman beralkohol bukan alkohol untuk membersihkan sesuatu. Yakni minuman yang memabukkan jika dikonsumsi secara berlebihan.

Ada banyak jenis minuman beralkohol yang beredar walau sudah ada larangan untuk itu. Dari banyak jenis itu, yang paling sering tersuguh di kampung kami ini adalah sopi dan laru. Sopi adalah keturunan dari laru. Sedangkan laru terlahir dari nira. Hebat, bukan?  

Prosesnya kekira begini. Nira yang berasal dari pohon lontar atau gewang bila difermentasi dengan akar-akar pohon tertentu akan menghasilkan laru. Ia juga bisa didapat dari rendaman air gula (campuran air dan gula cair olahan dari nira) dan akar pohon tertentu.

Laru itu bila disuling akan mengahsilkan sopi. Cara menyulingnya, ala kami di Tilong, adalah dengan menuangkan laru ke dalam wadah besar dan tertutup rapat dengan api terus menyala di bawahnya. Di tutupnya hanya diberi lobang kecil untuk pipa penyulingan dengan panjang tertentu. Pipa ini akan menghantar uap dari didihan laru dan menetes ke botol sebagai wadah penampung sopi.

Sopi yang dihasilkan pun ada tingkatannya. Ada kelasnya. Tingkatan teratas dengan kadar alkohol tertinggi biasa dinamai sopi kepala. Kawan, minuman ini mirip sepritus bisa terbakar. Menurut tuturan para sahabat yang kebetulan karib dengannya mengatakan bahwa orang bisa tumbang hanya dengan beberapa tegukan.

Ketika mereka akan minum sopi atau laru, mereka akan duduk dalam formasi melingkar. Satu orang di antara mereka dipercayakan untuk bertindak sebagai pembagi. Sebutannya yang disematkan adalah bandar.

Tugas seorang bandar adalah menuang minuman dengan takaran yang sama. Ia juga yang menyerahkannya mereka yang terlibat secara bergiliran yang tetap. Ini mesti dilakukan karena gelas atau cangkir yang dipakai hanya satu. Selain itu juga agar pembagiannya merata dan takada yang terlewatkan.

Sungguh luar biasa, bukan? Apa luar biasanya, kawan? Mereka mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Yaitu sikap berkeadilan sosial yang merata dan sama rasa bagi seluruh anggota yang duduk bersama dalam lingkaran.

Dalam situasi ini aku berhayal dan berandai-andai. Kiranya suatu saat nanti para petinggi bangsa ini bisa merelakan diri datang ke Tilong. Mereka bisa menengok dan melakukan apa yang teman-teman atau saudara-saudaraku buat. Terutama yang menyangkut dengan implementasi nilai-nilai Pancasila tadi. Maka niscaya Indonesia sejahtera karena tidak ada orang miskin dan melarat. Sebab mereka diperlakukan secara adil merata sama rasa.   

Demikian sobat pembaca yang budiman, cerita dari Tilong yang bisa kubagikan pada hari ini. Anda bisa menyaksikan langsung sekiranya tuan-tuan dan puan-puan berkesempatan berkunjung ke 'negara' kami ini jika covid sudah ngibrit dari bumi. Atau boleh juga terlibat langsung demi merasakan kebiasaan kebersamaan orang Tilong dalam segala 'kemegahan.'

Tabe! 

Tilong-Kupang, NTT

Jumat, 10 September 2021 (13.46 wita)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun