Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kutautkan Percaya Diriku pada Polri

1 Juli 2021   10:37 Diperbarui: 1 Juli 2021   10:43 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: liputan6.com

Pohon lengkeng yang kerempeng tertimpa pohon pepaya. Entah patah atau hanya terkulai? Semoga Hanya terkulai karena beban batang pepaya. Soalnya dia sudah mau berbuah. Sayang sekali kalau patah. Semoga dia baik-baik saja. Tuhan tolong!

Hujan belum reda. Angin sudah mulai melunak. Perlahan mulai berkurang. Semoga dia tidak datang lagi. Cukup sudah. Listrik padam. Barangkali gardunya terganggu. Atau barangkali ada kabel yang putus. Entahlah. Dia sudah padam sejak jam dua siang tadi.

Pohon asam dan pepaya yang dekat pintu gerbang/pagar juga tak mampu menahan terpaan angin. Dua-duanya pasrah pada keperkasaan si seroja. Mereka terkulai tak berdaya. Untung ada pagar yang menahannya. Tapi itu pun tak bisa menyelamatkan. Pasti mati.

Sekarang sudah setengah lima wita. Malam mulai nampak. Sejak siang matahari tak memperlihatkan wajahnya. Hanya awan gemawan berwarna kelabu yang mengelantung menudungi bumi tapi bukan melindungi. Ia malah meneror dengan wajahnya yang kian lama makin menghitam. Dia seperti monster bertaring yang menganga siap menelan bumi. 

Beberapa orang tetangga datang mengambil buah dan daun pepaya yang tumbang. Mereka mengambil tanpa permisi. Aku Hanya mendengar suara ribut mereka. Aku tidak menegur apalagi memarahi. Aku justru menunjuk pohon yang satu lagi agar diperlakukan yang sama seperti pohon pertama.

Karena malu dan salah tingkah, ia mengatakan bahwa pohon asam/tambaring miring tertiup angin kencang. Sesudah itu ia melengos pergi sambil berujar bahwa ia akan datang lagi mengambil daun pepaya yang masih tertinggal untuk diolah jadi menu makan malam nanti. Nikmatilah. Batinku berujar. Mereka datang menggerayang kedua pohon pepaya yang tumbang itu kekira pukul 17.00 wita.

Di hari paskah ini orang-orang NTT merayakannya dengan berserah pasrah. Sebab hujan dan angin menerpa menghujam dengan dahsyat dan kejam. Ia bergelora dan terus mengoyak berjam-jam sejak siang seusai kebaktian. Sesaat setelah aku tiba di rumahku di Tilong.

Berita di aplikasi WA sungguh membuat nelangsa. Ada berita tulis, foto, dan juga video. Semuanya menyatakan hal yang sama. Yaitu air dan angin memporak poranda segla tempat di Kupang dan sekitarnya.

Karena itu, semua orang hanya berdiam di rumah. Takada terdengar suara kendaraan datang dari jalan raya. Semuanya diam dan berserah pasrah. Semua memanjatkan permohonan yang sama: Tuhan, hentikanlah badai ini!

BMKG memberitahukan bahwa ini belum puncaknya. Diperkirakan di hari senin atau selasa. Wow.... Aku Hanya sanggup menyatakan tiga huruf itu. Luar biasa!

Ada video mengerikan yang diunggah di WA. Saat-saat sebuah mobil mewah terimpa pohon yang rubuh. Ia sedang menggelinding nyaman, tetiba badannya remuk tergencet dahan dan ranting hidup. Sungguh memilukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun