Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Ini 33 Tahun Lalu

27 Februari 2021   08:27 Diperbarui: 27 Februari 2021   08:30 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: regional.kompas.com

Mereka mengambil gambar diri sendiri atau berdua, bertiga dan berbanyak-banyak sejumlah anggota yang hadir. Dan tidak hanya keluarga yang diajak berpose. Teman dan sahabat yang kebetulan ada juga diajak masuk dalam bingkai kamera. Lalu jeprat, jepret. Cahaya lampu kamera menciprat menjilat dari segala tempat dan arah.

Yang mendampingiku kala itu adalah Papa, Kakak tertua (Susi Nona, begitu kami memanggilnya) dan suaminya. Mereka telah berada di Ibukota RI satu minggu sebelum hari tanggal dan acara bersejarah itu dihelat. 

Mereka lebih pagi sebagai sikap dan tindakan antisipaitif. Apa kala ada kebutuhanku untuk hari istimewa itu belum terpenuhi, akan diselesaikan secara cepat dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Sikap yang antisipatif itu aku hargai setinggi-tingginya. Dan apa yang mereka khawatirkan tidak terjadi karena aku telah menyiapkan semua yang kuperlu. Jadi mereka hanya menjadi saksi sejarah saja.

Menjadi saksi bahwa semua siap. Menjadi saksi kala pita topi sarjanaku berpindah dari kiri ke kanan. Sekalipun perpindahannya kami lakukan sendiri. Mungkin karena terlalu banyak wisudawan. Khawatir dan takut kalau Ibu Rektor, Prof. Dr. Conny R. Semiawan taksanggup menyelesaikannya hingga tuntas akibat kelelahan.

Sesudah pengukuhan itu masing-masing mengambil jalannya sendiri. Aku dan tim (Papa, Kakak dan suaminya) berfoto dengan latar belakang bendera-bendera kebesaran. Komposisinya adalah: Kakak, Papa, aku dan ipar. Mereka mengenakan corak batik.

Foto: dok. pribadi
Foto: dok. pribadi
Kami pun pulang dan merayakan hari itu. Perayaan apa adanya. Sangat sederhana. Cukup dengan menikmati nasi bungkus yang kami beli di Warung Padang. 

Sungguh menyenangkan. Menyenangkan karena aku menang dalam pertarungan selama kurang lebih 4 tahun. Dan menyenangkan karena menikmatinya saat lapar.

Hari ini takbisa lagi kurayakan. Takbisa lagi kunikmati momen itu. Sebab ia telah berlalu 33 tahun silam. Sebab Papa dan Kakakku telah pulang keharibaan Sang Khalik. Sekarang mereka lebih berbahagia dibanding aku saat diwisuda.

Tabe!

Tilong-Kupang, NTT
Sabtu, 27 Februari 2021 (08.13 wita)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun