Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karya Spektakuler Monumental

14 Agustus 2020   08:01 Diperbarui: 14 Agustus 2020   07:54 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku tidak berhenti mempertajam 'naluri penciuman' dan mempercantik 'indera pelacakan' dalam duniaku ini. Dunia mengajar. Walaupun aku telah mendapat pengakuan dari sesama 'bus kota.' Pengakuan dari rekan-rekan guru di lingkunganku.

Pengakuan yang kumaksud adalah mereka tidak meremehkanku karena aku guru olahraga. Sebuah mata pelajaran pendukung bukan penentu. Pengakuan itupun hanya di lingkungan di mana aku ada. Tidak berskala luas. Bukan juga pengakuan yang dilambangkan dengan penghargaan atau hadiah.

Pengakuan itu semakin memicuku untuk terus berkarya. Yaitu menghasilbuahkan karya-karya bermutu-bergengsi. Bermutu menurut ukuranku sendiri. Bergengsi sebatas tembok sekolah tempatku 'mengais' rejeki.

Aku menyebutnya karya spektakuler monumental. Spektakuler karena belum pernah ada yang melakukan sebelumnya di kalanganku. Dan monumental karena karya itu menjadi semacam acuan keberhasilan dalam penyelenggaraaan berikutnya.

Jadi spektakuler monumental menurut ukuran di kalangan sendiri. Di tempat di mana aku bergabung dan tercatat sebagai anggota komunitas tersebut. Yaitu di sekolah tempatku mengabdikan diri mengajar.

Karya pertama, Buku Tahunan.

Tahun sembilan lima merupakan tahun cerah-bersinar-benderang. Ia sekaligus menjadi tahun suram-kelam-mengharukan bagiku. Aku menamai tahun ini sebagai masa cerberder (cerah-bersinar-benderang). Karena aku dapat mengukir sebuah prestasi gemilang di lingkunganku bekerja, SMA Tunas Karya.

Prestasi ini yang akan kuceritakan di sini. Sementara cerita tentang masa surlamhar (suram-kelam-mengharukan) akan kusajikan di bagian lain. Bagian yang masih berada dalam rangkaian kisahku selanjutnya.

Dra. Lina Susetyanti sebagai kepala sekolah melihat prestasi kerjaku yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Mungkin! Maka kali ini ia memberiku kesempatan memimpin mengkoordinir penyelenggaraan kegiatan wisuda. Yaitu upacara pelepasan siswa di penghujung tahun akademik sembilan empat sembilan lima. 

Maaf pembaca aku kurang tahu pasti kenapa beliau memberiku kesempatan itu. Apakah mengikuti suatu rotasi dan kebetulan ini saatku? Atau apakah aku mampu menangani masalah dan kuselesaikan dengan baik?

Entahlah! Aku tidak diberitahu. Tapi sebagai seorang prajurit sejati aku menerima saja perintah. Aku berusaha melaksanakan dengan baik setiap tugas yang diembankan padaku. Sepanjang karirku aku tak pernah menolak tugas apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun