Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Berburu Bersama Opa

16 Juli 2020   08:29 Diperbarui: 17 Juli 2020   08:00 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tuak atau nira tidak hanya dari ponon lontar. Ada juga yang diambil dari gewang dan enau atau aren. Nira dari gewang, lontar dan enau atau aren rasanya manis sekali. Dan harum.

Selain untuk diminum juga untuk dimasak menjadi gula. Gula cair yang kental maupun yang berbentuk padat atau lempengan. Kami menyebut yang cair itu gula air, sedangkan yang lempengan gula batu.

Nira itupun bisa dijadikan minuman beralkohol yang memabukkan. Caranya dengan merendam akar atau potongan batang pohon tertentu selama beberapa hari. Minuman ini mereka, orang-orang di kampungku menyebutnya laru.

Tuak juga dapat dibuat cuka. Caranya: tuak dibiarkan tertutup terperangkap dalam wadah tertentu selama kurang lebih satu minggu. Dengan terkungkung begitu tuak akan menimbulkan rasa asam yang teramat sangat. Cuka pun siap dikonsumsi.

Balik lagi ke cerita! Kira-kira pukul dua siang aku melihat satu demi satu rusa hasil buruan Opa dan Pak Domi digelimpangkan di pinggir jalan. Hasil buruan itu bertumpukan di bawah pohon beringin besar. Pohon yang tinggi dan rindang.

Ada beberapa anak muda yang membantu 'mengevakuasi para korban' dari hutan. Anak-anak muda ini berasal dari kampung Kuanheum ini. Mereka meletakkan rusa-rusa itu bergelimpang bertumpukan yang semuanya berjumlah duabelas ekor.

Semua rusa yang tertembak rata-rata mempunyai luka bekas peluru yang menyebabkan darah berceceran. Kecuali rusa terakhir yaitu seekor jantan yang memiliki tanduk bercabang tiga. Tidak ada darah ataupun bekas luka di badan. Aku penasaran lalu bertanya.

"Kok, yang ini tidak ada lukanya?"

"Ini dia," jawab Om Kris, pemuda setempat yang sangat antusias dan aktif membantu membereskan rusa-rusa itu.

"Lihat. Peluru cuma menggores tanduknya." Semua pasang mata memandang mengarah mengikuti telunjuk Om Kris.

"Tuan Fetor yang tembak. Ini rusa terakhir. Hanya satu kali tembak," lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun