Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tujuh Juli

7 Juli 2020   06:27 Diperbarui: 7 Juli 2020   18:56 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Itu terjadi di tahun Sembilan belas delapan tiga. Ketika itu kami dan beberapa teman sedang melakukan perjalanan ke Depok. Di atas bus yang kami tumpangi, ia serius sekali membaca novel. Kebetulan bangku di sebelahnya kosong.

Sekonyong-konyong terbersit ide untuk mendekatinya mengisi bangku kosong di sampingnya itu. Ia tidak melarang. Jadilah kami 'bersanding.' Ia cuek. Tidak mengacuhkanku. Matanya tertuju melulu ke buku, bacaannya.

Melihat ketekunannya membaca, aku iseng lagi.

"Daripada baca, mendingan ngobrol, yuk!" Ajakku memecahkan kevakuman.

"Ngobrolin apa?" Tanyanya seperti mengelak.

"Apa saja. Yang penting ngobrol," jawabku setengah memaksa. Ia menutup bukunya, namun sorot matanya menjauh dariku.

Ia memandang ke luar jendela. Aku bersabar sambil mencari cara yang lebih jitu untuk mengalihkan perhatiannya. Yang penting dia tidak membaca buku lagi. Itu sudah cukup menjadi isyarat bahwa aku diberi kesempatan untuk 'beraksi.'

Menyadari dan mengetahui bahwa aku diberi lampu hijau, aku tancap gas. Aku kerahkan segala kemampuanku memainkan kata untuk memikat sang bidadari manis di sampingku.

Aku tidak menggombal, karena itu bukan tipeku. Aku bukan penggombal. Aku justru sangat berhati-hati dalam mengeluarkan setiap kata. Bukan asbun (asal bunyi) atau hantam kromo.

Aku mengarahkan percakapan kami kepada hal-hal yang sifatnya natural. Yang ringan dan yang lucu. Apa saja yang terjadi di sekitar kami pada saat itu. Hal-hal sederhana, tidak serius. Tapi yang menyentuh sisi ruang batin. Percakapan itu mengalir lancar seturut ide yang muncul.

Aku menyatakan rasa suka dan keinginan untuk memilikinya ketika kami berada di rumah teman yang kami tuju. Nembak, kata para remaja atau anak muda zaman now. Waktu itu ia sendirian di ruang depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun