Mohon tunggu...
Yolanda Florencia Herawati
Yolanda Florencia Herawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Mahasiswa Jurnalistik yang masih ingin mengasah kemampuan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejumlah Aturan Baru Twitter yang Bikin Pusing Jurnalis

3 Januari 2023   18:03 Diperbarui: 3 Januari 2023   18:08 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Platfrom media sosial Twitter yang tengah menerapkan berbagai fitur dan tampilan baru (Sumber Twitter)

Sebagai salah satu pengguna setia Twitter dan jurnalis pemula yang sering memanfaatkan Twitter untuk mencari topik, saya agak terkejut ketika melihat tagar #RIPTwitter dan #GoodbyeTwitter terpampang di jajaran trending pada awal November lalu. Hampir satu juta tweets menggunakan tagar yang mengindikasikan kematian platform berbasis teks ini. Bingung dan agak khawatir, saya pun melakukan beberapa penelusuran terkait tagar tersebut.

Rupanya, kantor Twitter akan ditutup setelah melakukan pemecatan karyawan secara besar-besaran. Langkah yang cukup berani dari Elon Musk, pemilik baru platform tersebut. Penutupan kantor Twitter membuat penggunanya berpikir aplikasi berlogo burung biru itu ikut gulung tikar. Namun, nyatanya Twitter masih aktif hingga saat ini, meski ada sejumlah perubahan yang menimbulkan kontroversial. Agaknya, Elon memang gemar membuat Twitter menjadi trending topic di platformnya sendiri.

Fitur pertama yang mendapat banyak kritikan adalah centang biru berbayar seharga 8 dollar. Seperti platform lain, centang biru di Twitter menandakan sebuah akun telah terverifikasi dalam bidangnya, seperti dalam bidang hiburan, politik, edukasi, olahraga, dan lain-lain. Selain itu, centang biru juga diberikan pada mereka yang memiliki banyak pengikut dan dianggap berpengaruh pada komunitas di media sosial tersebut. Namun kini, centang biru yang biasanya hanya dimiliki oleh akun-akun tokoh kenamaan dan selebriti itu bisa dibeli oleh siapa saja. 

Bagi orang biasa seperti saya, membayar $8 atau sekitar Rp126.000 tiap bulannya cukup berat juga. Akan tetapi, buat mereka yang berkepentingan, harga ini wajar-wajar saja, bahkan mungkin terbilang murah. Bagi perusahaan-perusahaan yang kurang terkenal misalnya, karena memang membutuhkan kredibilitas yang ditawarkan centang biru, mereka pasti rela untuk membayar $8 per bulan. 

Media berita baru dan selebtwit wannabe juga bisa dipastikan tertarik dengan fitur ini. Meski tidak menutup kemungkinan akan ada banyak akun pribadi yang juga mendapatkan centang biru di sebelah nama akunnya. 

Mereka yang cukup uang tentu tidak keberatan membayar lebih untuk berlangganan Twitter Blue, sistem langganan di mana fitur centang biru ini ditambahkan. Sebab, selain centang biru, ada banyak fitur menarik lain yang disediakan Twitter Blue, seperti fitur edit tweet yang telah lama diidam-idamkan pengguna Twitter.

Namun, selang dua hari setelah diluncurkan, fitur baru yang dicanangkan Elon Musk tersebut sudah menunjukkan kecacatannya. Mulai bermunculan akun-akun palsu yang menyebarkan berita bohong. Kejadian yang paling banyak dibahas adalah akun peniru Eli Lilly, sebuah perusahaan insulin di Amerika Serikat. 

Pada 11 November, sebuah akun meniru perusahaan Eli Lilly dengan memanfaatkan centang berbayar, lalu mengirim kicauan demikian, "We are excited to announce insulin is free now." (Kami bersemangat untuk mengumumkan bahwa mulai sekarang insulin akan digratiskan.) Berita bohong itu segera ditepis akun resmi Eli Lilly, tapi kekacauan malah makin membesar. Publik bertanya-tanya, mengapa insulin begitu mahal, muncul pula berbagai perdebatan mengenai harga obat bagi penderita diabetes tersebut. Akibat kontroversial itu, saham Eli Lilly jatuh dan menimbulkan kerugian hingga milyaran rupiah.

Kerugian akibat disinformasi dari akun peniru bercentang biru itu masih belum dianggap krusial, bahkan banyak yang menjadikannya bahan humor karena menilai perusahaan tersebut pantas mendapatkan kerugian besar akibat menjual obat dengan harga selangit. Namun, jika tidak segera ditangani, disinformasi akibat centang biru akan makin susah ditandingi. 

Pasalnya, masyarakat mudah memercayai informasi yang ditemuinya di internet. Belum lagi, media berita yang juga sering tertipu dengan berita bohong yang viral di jagat dunia maya dan malah ikut menyebarkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun