Mohon tunggu...
Yolanda Fidorova
Yolanda Fidorova Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menu Makanan Pendamping ASi (MPASI) yang Baik untuk Bayi

6 November 2022   16:09 Diperbarui: 6 November 2022   16:16 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Keberhasilan pemenuhan gizi seorang anak dilihat melalui indikator status gizinya. Status gizi dikatakan baik jika semua zat gizi dapat terpenuhi. Pemberian asupan makanan yang tidak tepat akan berdampak pada tumbuh kembang bayi di masa yang akan datang, misalnya stunting pada anak. Bayi dengan kekurangan zat besi ataupun angka kecukupan gizinya tidak sesuai termasuk salah satu gizi buruk. 

Pemenuhan gizi bayi dapat dilakukan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping asi (MPASI). Menurut WHO, pemberian asupan makanan yang baik untuk bayi adalah dengan mencukupi kebutuhan gizi melalui pemberian ASI secara eksklusif hingga 6 bulan dan pemberian MPASI saat usia bayi genap 6 bulan hingga usia 24 bulan. MPASI berperan sebagai pemenuhan gizi sekitar 60-70% saat ia menginjak usia 6 bulan.

Adapun dua jenis MPASI yang sering digunakan tiap ibu, yaitu MPASI buatan pabrik/komersial dan MPASI buatan rumah/lokal. Kedua jenis MPASI tersebut memiliki keunggulan tersendiri. Keunggulan MPASI buatan pabrik adalah kandungan gizinya yang lebih terukur, lebih higienis dan sangat praktis diolah. 

Sedangkan MPASI buatan rumah memiliki keunggulan dari segi harga yang lebih murah, dapat dibuat dengan beragam variasi, namun kandungan gizinya lebih sulit diukur. Saat ini, MPASI buatan pabrik menjadi solusi paling tepat bagi ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, khususnya bagi ibu yang bekerja.

MPASI harus dapat melengkapi kebutuhan gizi, seperti karbohidrat, protein hewani, produk turunan susu, buah, sayur, dan lemak. Berdasarkan penelitian terdahulu, menyatakan bahwa sumber makanan dari hewani mampu meningkatkan 29% angka kecukupan gizi (AKG) harian bayi yang kekurangan zat gizi besi, kalsium, dan seng. 

Banyak dari ibu belum mengetahui bahwa MPASI diberikan sesuai dengan menu tunggal selama 14 hari pertama yang kemudian diikuti oleh menu MPASI yang mengacu pada menu 4 bintang.

MPASI menu tunggal diantaranya:

  • Hari ke-1, pemberian wortel dan ikan kembung.
  • Hari ke-2, pemberian tahu sutra dan pepaya.
  • Hari ke-3, pemberian nasi putih dan semangka.
  • Hari ke-4, pemberian kentang dan daging sapi.
  • Hari ke-5, pemberian buah naga dan jagung manis.
  • Hari ke-6, pemberian hati ayam dan buah melon.
  • Hari ke-7, pemberian labu kuning dan buah pir.
  • Hari ke-8, pemberian ayam dan sayur bayam.
  • Hari ke-9, pemberian ikan patin dan buah jeruk.
  • Hari ke-10, pemberian beras merah dan tomat.
  • Hari ke-11, pemberian udang dan ubi.
  • Hari ke-12, pemberian kuning telur dan labu siyam.
  • Hari ke-13, pemberian ikan lele dan tempe.
  • Hari ke-14, pemberian buah alpukat dan gambas.

Menu MPASI 4 bintang, diantaranya:

  • Karbohidrat: dapat diperoleh dari makanan pokok, seperti beras, ubi, jagung, kentang, maupun gandum.
  • Protein hewani: diperoleh dari lauk pauk, seperti daging (sapi/ayam), ikan, hati ayam/sapi, dan telur.
  • Protein nabati: diperoleh dari kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
  • Serat: diperoleh dari sayur-sayuran yang mengandung zat besi, vitamin, dan mineral, seperti sayur bayam, kangkung, wortel, labu, kacang panjang, dan buncis.
  • Lemak tambahan: dengan menggunakan margarin, keju, maupun minyak zaitun.

Referensi:

Anggraeni, Erizvina Marisa, Dewi Marhaeni Diah Herawati, Viramitha Kusnandi Rusmil, and Tisnasari Hafsah, ‘Perbedaan Status Gizi Bayi Usia 6-9 Bulan Yang Diberi MPASI Buatan Pabrik Dan Rumah’, Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 16.3 (2020), 106

Rahman, Miftahur, and Intan Ayu Islami, ‘Edukasi Dan Demonstrasi Pembuatan Mp-Asi Menurut Standar Who Sesuai Menu Tunggal Dan Menu 4 Bintang Sebagai Upaya Pencegahan Stunting Pada Balita’, JIWAKERTA: Jurnal Ilmiah Wawasan Kuliah Kerja Nyata, 2.1 (2021), 34–39

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun