Mohon tunggu...
Yoke Justitia
Yoke Justitia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kehutanan Unila-18

Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung angkatan 2018

Selanjutnya

Tutup

Nature

Peluang Emas dalam Pelaksanaan Master Tree Grower (MTG) untuk Meningkatkan Penghasilan bagi Petani Hutan Rakyat

8 April 2021   12:18 Diperbarui: 8 April 2021   12:39 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dimulai dari tahun 1970-1990-an, pemerintah melaksanakan pembangunan hutan rakyat di Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan merehabilitasi lahan-lahan kritis. Hutan rakyat diharapkan dapat memacu industri perdangangan kayu dan pengolahannya dengan cara memanfaatkan lahan milik rakyat Indonesia. Petani hutan rakyat biasanya menanam tanaman yang daunnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti sengon atau lamtoro tetapi mereka kurang memperhatikan kualitas kayunya. Pemangkasan tanaman dilakukan tanpa memperhatikan pertumbuhan dan kualitas kayu yang akan dihasilkan. Tetapi keterbatasan para petani hutan rakyat bukan hanya terletak pada kualitas kayu yang dihasilkan, melainkan juga kurangnya pengetahuan petani terhadap peluang pasar kayu tersebut.

Petani harus memiliki pengetahuan yang mumpuni terkait pasar kayu. Bagaimana cara petani mengelola tanaman hutan di lahan mereka, akan mempengaruhi volume dan kualitas kayu yang dihasilkan. Maka dari itu, Enhancing community based commercial forestry (CBCF) in Indonesia (2016 -- 2021) mendorong peningkatan pengetahuan para penyuluh kehutanan dan petani hutan melalui program Master TreeGrower (MTG) atau dapat diterjemahkan sebagai "Pendekar Penanam Pohon", yaitu pelatihan untuk menjadikan petani sebagai pengambil keputusan dan diberi keleluasaan untuk memilih yang bisa dilakukan terutama untuk menghubungkan petani dengan pasar kayu. Hal ini dimaksudkan agar para petani dapat mengubah cara berpikir mereka dan menyadari bahwa sangat penting dalam mengenal pasar kayu. Sehingga para petani akan menghasilkan kualitas kayu sesuai dengan permintaan pasar yang ada dengan cara mengelola tanaman kayu milik mereka dengan baik dan benar, serta petani dapat dilatih untuk mengukur volume pohon dengan benar supaya mendapat harga jual kayu yang pantas. Program ini mulai dikembangkan pada tahun 1996 di Australia dan kemudian diperkenalkan di Afrika (Uganda dan Nigeria) tahun 2012. Khusus di Indonesia, pelatihan ini telah dilaksanakan di lima kabupaten, yaitu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pendekatan program Master TreeGrower (MTG) menekankan pada 'berbasis pasar' dan 'petani yang pertama', yang meliputi 5 tahapan sebagai berikut: 1. Mengeksplorasi berbagai alasan petani menanam pohon. 2. Penyampaian materi tentang apa yang dibutuhkan pasar yaitu kualifikasi kayu (ukuran dan kualitas) yang diperlukan industri pengolahan kayu. 3. Penyampaian materi tentang pengukuran log, pohon, dan hutan untuk memprediksi pertumbuhan dan volume kayu yang akan dihasilkan. 4. Penyampaian materi tentang pengelolaan pohon agar menghasilkan kayu sesuai harapan petani dan permintaan industri. 5. Mengeksplorasi berbagai keputusan individual petani dan tanggung jawab atas tindakannya dalam mengelola hutan rakyat.

Melalui program Master TreeGrower (MTG), diharapkan para petani memiliki pengetahuan baru terkait bibit unggul, bagaimana teknik mengatasi serangan hama dan penyakit tumbuhan, teknik pemangkasan dan penjarangan yang benar, dan bagaimana cara menghitung volume dan nilai kayu yang dihasilkan supaya nilai jual kayu menjadi tinggi dan para petani hutan rakyat mendapatkan nilai tambah yang lebih besar dibanding para pedagangnya. Kegiatan ini dilakukan oleh kerja sama Badan Litbang dan Inovasi, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Australian Center for International Agricultural Research. Hal ini merupakan peluang emas bagi para petani dalam memanfaatkan program Master TreeGrower (MTG) untuk meningkatkan pengahasilan yang sesuai dengan kualitas kayu yang dihasilkan untuk mensejahterakan kehidupan mereka. Tetapi semua ini dibutuhkan dukungan dari manajemen hutan yang pasif (tanam-tinggal panen) menjadi lebih aktif (tanam-pelihara panen) dengan minat untuk melakukan pemangkasan dan penjarangan yang benar sehingga hutan dapat lestari dengan kehadiran masyarakat.

#P3SEKPI #KementrianLHK #ACIAR #CBCFIndonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun