Mohon tunggu...
Fajar Nurmanto
Fajar Nurmanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Prestasi Animasi Indonesia di Kancah Internasional

3 Januari 2016   22:27 Diperbarui: 4 Januari 2016   07:58 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tahun 2016 ini masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) datang menghampiri. Batas-batas geografis dan kewarganegaraan bakal dilebur atas nama ASEAN. Investasi, dana modal, tenaga kerja, barang, dan jasa dengan mudah akan keluar masuk ke Indonesia. Maka jangan kaget kalau bakal menemukan berbagai hasil budaya yang diperjualbelikan milik negara ASEAN lainnya di wilayah Indonesia. Malah mungkin hasil budaya itu dibuat dengan tampilan kultur masyarakat kita agar lebih mudah membaur dan diterima. 

Untuk urusan digital seperti film termasuk animasi, hasil olah pikir berupa tulisan, dan lain-lain, netizen memang tak perlu kaget. Pasalnya peluruhan batas geografis dan kewarganegaraan akibat MEA, telah ramai dirasa sewaktu penggunaan internet tersebar luas. Kawan-kawan pasti tak asing dengan berbagai film luar negeri yang bisa disaksikan di kanal video populer, YouTube. Mungkin malah keseharian kita telah mengonsumsi informasi dari media-media luar. 

Namun tahukah kawan-kawan, bahwa MEA adalah wujud pasar persaingan bebas. Setiap orang bebas memperdagangkan produk-produk legalnya tanpa dikenai pungutan berarti. Secara sederhana, tiap warga negara asing yang menjual produknya di Indonesia, dapat memperoleh keuntungan secara penuh. 

Keuntungan diterima mereka dan dibawa kembali ke negara asalnya. Kita membeli produk dengan rupiah, tetapi tak ada keuntungan yang diterima negara dan warga Indonesia. Produsen dari Indonesia terancam kalah bersaing di negerinya sendiri. Mereka juga terancam kalah saing di pasar luar negeri kalau tidak mampu berinovasi lewat kualitas, kuantitas, dan kreativitas. 

Sayang sekali kalau resiko penerapan MEA itu benar-benar terjadi. Tapi perlulah kita untuk memandang optimis bahwa produsen-produsen Indonesia mempunyai kapabilitas untuk berkompetisi. Contohlah di bidang animasi, beberapa judul dari studio animasi Indonesia memiliki segudang prestasi internasional. 

Contohlah animasi “Kabayan dan Lip Lap” dari studio Castle Production asal Jakarta Pusat. “Kabayan dan Lip Lap” mampu tampil di saluran animasi anak internasional ternama, Nickelodeon di tahun 2003. Ada juga animasi berjudul “Meraih Mimpi” yang dapat dipertontonkan di beberapa negara, salah satunya Rusia pada 2006. Ada juga adaptasi cerita pahlawan super dari daerah Sunda berjudul Hebring, karya Marlin Sugama. “Hebring” menorehkan catatan menembus kompetisi ASIAGRAPH di Tokyo (2009) dan Blender Foundation’s Suzanne Award Amsterdam (2010).

Simak pula Bilu Mela yang lisensi tayangnya dibeli oleh media di lima negara, antara lain Al Jazeera TV dan Encripta di Brasil. Selain itu, jangan lupakan pula “Battle of Surabaya” yang distribusi pemutarannya pun, Walt Disney bersedia membantu. Bahkan “Battle of Surabaya” menggondol dua penghargaan; Most People’s Choice Award International Movie Film Festival 2013, dan nominasi trailer animasi asing terbaik Annual Golden Trailer Award ke 15. 

Ada juga animasi pendatang baru yang mencoba merangkak naik. Siapa pula kalau bukan Gob and Friends. Animasi karya arek-arek Surabaya ini juga menggondol dua penghargaan di Indonesia Film Trailer Awards; best project trailer dan animasi favorit penonton. Apakah kamu sudah tahu soal semua prestasi ini? 

Saya jelas tak bisa dan tidak boleh memaksa anda untuk menyukai produk dalam negeri, contohnya film animasi ini. Poin yang ingin disampaikan dari paparan ini adalah, tak selayaknya menghadapi ekonomi global, warga Indonesia merasa inferior dibanding bangsa asing. Ini baru prestasi di bidang animasi, belum bidang-bidang lainnya.  Dengan mengetahui berbagai karya dalam negeri, semoga kecintaan terhadap Indonesia kian besar. 

Jadi, siapkah kau untuk jatuh cinta pada Indonesia (lagi)?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun