Mohon tunggu...
Yoga Mahardhika
Yoga Mahardhika Mohon Tunggu... Konsultan - Akademisi, Budayawan & Pengamat Sosial

Pembelajar yang ingin terus memperbarui wawasan, mempertajam gagasan, memperkaya pengalaman dan memperbesar manfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengintip Bencana Lockdown Tanpa Persiapan di India

30 Maret 2020   19:48 Diperbarui: 30 Maret 2020   20:43 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: manado.tribunnews.com

Minggu kemarin (29/03), trending topic twitter India diramaikan tagar #ModiMadeDisaster, yang mengkritik kebijakan lockdown lantaran memicu bencana baru bagi warga India. 

Perdana Menteri Narendra Modi tak menampik berbagai kritikan itu. Di hari yang sama, dia pun meminta maaf pada rakyat India atas kebijakan lockdown yang ditempuh guna mengatasi sebaran virus corona atau Covid-19 tersebut.

Modi tetap berharap karantina 21 hari yang dimulai 6 hari lalu (24/30) itu akan menekan sebaran virus, meski pelaksanaannya menyusahkan jutaan rakyat, khususnya warga miskin. 

Periode Lockdown India masih 15 hari, dan dampaknya terhadap sebaran virus belum cukup terukur. Tapi yang jelas, dampak sosial ekonominya sudah sangat terasa di India. Tulisan ini akan mengulik beberapa catatan negatif terkait Lockdown di India.

1. Gelombang Eksodus Pekerja

Meyusul kebijakan Lockdown, jutaan pekerja India beramai-ramai meninggalkan kota. Mereka adalah para pekerja sektor informal, yang kurang-lebih mencapai 90 persen dari total tenaga kerja India. Mereka terdiri dari buruh bangunan, kuli panggul, kurir, penjaga kios, dll. 

Penghidupan mereka bergantung gaji harian, dan ketika tempat kerja tutup, mereka harus pulang kampung untuk bertahan hidup. Sayangnya, jutaan pekerja tak tertampung oleh bus-bus angkutan ke desa yang berhenti beroperasi sejak 24 Maret lalu.

Mereka pun memutuskan pulang kampung tanpa transportasi publik. Yang agak beruntung bisa pulang dengan sepeda motor, meskipun padatnya arus mudik dadakan ini memicu jumlah kecelakaan. 

Pada hari awal saja, tak kurang 17 pemotor meninggal karena kecelakaan saat menuju kampung. Adapun yang tak punya motor, terpaksa mengayuh sepeda ke kampung seperti yang dilakukan Riyaz (19 tahun). Pemuda yang bekerja sebagai kurir di Delhi ini menggowes sepeda sejauh 1.000 Km ke Distrik Supaul.

Itu pun masih lebih beruntung dibanding Vijay Singh (24 tahun), pekerja bangunan yang harus berjalan kaki 500 Km pasca kebijakan Lockdown. Pejalan kaki lain, Ranveer Singh menempuh 280 Km ke kampungnya. 

Dan sayangnya saat mencapai Km 200, Ranveer meninggal dunia akibat serangan jantung. Kisah-kisah tragis ini hanyalah sekelumit pengalaman dari jutaan pekerja India yang terpaksa pulang seiring kebijakan Lokcdown.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun