Mohon tunggu...
Yoga Mahardhika
Yoga Mahardhika Mohon Tunggu... Konsultan - Akademisi, Budayawan & Pengamat Sosial

Pembelajar yang ingin terus memperbarui wawasan, mempertajam gagasan, memperkaya pengalaman dan memperbesar manfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Belajar Lockdown dari India dan Italia, Cocokkah untuk Indonesia?

27 Maret 2020   17:42 Diperbarui: 27 Maret 2020   21:48 7281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: news.wjct.org

Sayangnya, bantuan dan ketersediaan pangan itu belum selaras dengan jalur distribusinya. Banyak kurir dari toko online bahkan ikut dipukuli oleh aparat saat mengantar kebutuhan pokok untuk warga.

Warga miskin pun masih terancam kelaparan, bahkan para pengemis dan kaum miskin kota mulai menyerbu pemukiman untuk meminta-minta makan.

2. Lonjakan Pasien di Italia
Beda dengan India, Italia adalah negara kaya dengan pendapatan perkapita hampir 9 kali lipat lebih tinggi. Memang Italia tak mengalami masalah pangan saat kebijakan lockdown, tapi mereka sangat bermasalah dengan pembatasan aktivitas luar rumah. 

Waktu lockdown diterapkan, warga italia masih ramai berkeliaran dan berkerumun di berbagai tempat publik. Mereka dikenai denda 206 euro atau sekitar Rp3.6 juta, tapi itu tak membuat mereka jera dan tetap berkeliaran. Tak heran, petugas medis China yang membantu penanganan Covid-19 di Italia merasa stress dengan kelakuan warga yang susah diatur itu.

Kondisi itulah penyebab tingginya penularan virus di Italia, bahkan diiringi angka kematian tertinggi di dunia. Saat pemerintah Italia menerapkan Lockdown nasional pada 9 Februari, kasus baru Covid-19 tercatat sebesar 1.797 kasus per hari, dengan kumulasi 9.172 kasus pada waktu itu. 

Hingga kemarin (26/03) ketika kebijakan lockdown sudah berlangsung 17 hari, kasus baru Covid-19 masih mencapai 6.203 dalam sehari, dengan total kumulasi mencapai 80.509 kasus.

Tingginya lonjakan pasien selama masa lockdown juga sangat menyulitkan layanan kesehatan Italia, dan berimbas pada tingginya angka kematian. Hingga kemarin, terdapat total 8.215 kematian, dan merupakan angka kematian tertinggi akibat Covid-19, dibanding seluruh negara di dunia.

Penerapan Lockdown di Italia, tanpa disiplin menjaga jarak dan social distancing, ternyata justru memicu lonjakan pasien dalam skala masif. Hal itu membuat layanan kesehatan keteteran, dan banyak pasien tidak tertangani dengan baik.

Apalagi, Italia adalah negara dengan jumlah lansia terbesar kedua di dunia, di mana 23% penduduknya berusia lanjut. Merekalah yang paling rentan dalam ledakan kasus Covid-19 ini. 

Dan saat rumah sakit keteteran melayani pasien manula, petugas medis harus pilih-pilih dalam melakukan penanganan. Artinya, sebagian pasien terpaksa dibiarkan tanpa perawatan hingga meninggal dunia.

Para dokter dan perawat di Italia hanya bisa menangis menghadapi kondisi itu. Kondisi mereka pun dari hari ke hari makin kewalahan, daya imune makin lemah, dan makin rentan terpapar virus sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun