Mohon tunggu...
Yoga Mahardhika
Yoga Mahardhika Mohon Tunggu... Konsultan - Akademisi, Budayawan & Pengamat Sosial

Pembelajar yang ingin terus memperbarui wawasan, mempertajam gagasan, memperkaya pengalaman dan memperbesar manfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Terbangkan Garuda di Habitatnya, Jokowi Ajak Warga Lestarikan Lingkungan

14 Februari 2020   15:51 Diperbarui: 14 Februari 2020   15:53 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: faktualnews.co

Dalam kunjungannya di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Jokowi melakukan dua agenda, yaitu melepas dua ekor elang dan menanam pohon pulai (14/02/2020). Elang endemik lereng merapi yang dilepas itu merupakan sepasang elang jawa spesies Nisaetus Bartelsi bernama Abu (Jantan) dan Rossy (Betina). Keduanya dilepasliarkan setelah 3 tahun dirawat di penangkaran, dan dirasa sudah mampu hidup kembali di habitatnya. Adapun pohon Pulai (Alstonia scholaris) atau biasa disebut Pule merupakan tanaman kayu endemik kawasan tropis Asia yang tumbuh alami di lereng Merapi. Ada beberapa hal yang menarik dicatat terkait agenda di TNGM ini.

1. Garuda di Lereng Merapi

Dua ekor elang yang dilepas Jokowi adalah satwa asli Indonesia yang selama ini diidentikkan dengan burung garuda, simbol negara Indonesia sekaligus Pancasila. Meskipun bentuk fisiknya tidak sama 100 persen, tapi kalangan ahli sependapat bahwa elang jawa inilah satwa yang paling menyerupai burung Garuda. Jenis elang yang sangat langka ini hanya bisa ditemui di lereng Merapi, dan disinyalir tak bisa hidup di tempat lain. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya pelestarian yang serius untuk menghindari kepunahan. Pelepasliaran Elang Jawa oleh Jokowi hari ini adalah bentuk dukungan terhadap pelestarian satwa yang terancam punah ini. Tentu kita tak ingin, satwa legendaris ini hanya tinggal cerita dan tak bisa lagi ditemui anak cucu kita.

2. Mengelola Wisata Alam

Selain keperluan ekologi, pelestarian TNGM juga bisa bernilai ekonomi jika dikelola secara tepat. Plawangan Turgo misalnya, tercatat memiliki area 96 hektar dan sudah efektif dikelola sebagai kawasan Wisata Alam. Di luar itu, Taman Nasional Gunung Merapi masih memiliki luas seribu hektar lebih di wilayah DI Yogyakarta, dan tak kurang dari 5 ribu hektar di Jawa Tengah. Potensi wisata alam ini sangat menarik untuk dikoneksikan dengan kawasan Borobudur yang telah ditetapkan sebagai destinasi wisata super prioritas.

Saat ini, potensi wisatawan asing juga sangat besar terkait masifnya pembatalan wisata ke Tiongkok akibat wabah corona. Tentu para wisatawan merasa tak cukup berkunjung ke Bali saja, dan perlu menjajaki destinasi lain di Indonesia. Di sinilah, Borobudur menjadi alternatif yang sangat potensial. Dan ketika mengunjungi Borobudur, para turis harus diberi alternatif destinasi lain di kawasan setempat, salah satunya di lereng Merapi.

3. Pesan Pelestarian Lingkungan

Tapi sekali lagi, yang paling penting adalah konservasi alam. Ketika kawasan TNGM berkembang sebagai destinasi wisata alam, maka daya tariknya akan luntur kalau kelestariannya tidak dipertahankan. Untuk keperluan ini, sinergi pemerintah pusat, pemerintah daerah dan hingga pemerintah desa dan warga menjadi sangat penting. Maka dalam kunjungannya di TNGM kali ini, Jokowi pun mengajak segenap masyarakat turut menjaga kelestarian alam.

Saat menanam pohon pule, Jokowi juga mengajak segenap masyarakat turut menghijaukan kembali kawasan lereng Merapi. Selain bisa memberi penghasilan tambahan dan mengundang wisatawan, reboisasi juga bisa menyelamatkan warga dari bahaya banjir dan longsor.

Alam memang menyediakan segala kebutuhan manusia. Semua itu harus disyukuri dengan upaya pelestarian dan sikap hidup yang bersahabat dengan alam. Ketika kita tak menjaga keseimbangan lingkungan, alam akan merespon balik dengan mendatangkan bencana.

Tak heran, dalam berbagai kunjungan kerjanya, Jokowi kerap mengajak warga untuk selalu peduli pada lingkungan. Kelestarian alam bukan hanya milik pemerintah pusat, tapi membutuhkan sinergi berbagai pihak, termasuk pemerindah daerah, pemerintah desa, hingga kalangan warga sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun