Mohon tunggu...
Yoga Mahardhika
Yoga Mahardhika Mohon Tunggu... Konsultan - Akademisi, Budayawan & Pengamat Sosial

Pembelajar yang ingin terus memperbarui wawasan, mempertajam gagasan, memperkaya pengalaman dan memperbesar manfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menakar Peluang di Balik Virus Corona

4 Februari 2020   18:24 Diperbarui: 4 Februari 2020   18:34 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: cnnindonesia.com

Setelah bertindak cepat mengantisipasi sebaran virus corona, Jokowi segera menggelar Rapat Terbatas (Ratas) terkait kesiapan Indonesia menghadapi dampak virus corona (04/02/2020). Rapat yang digelar di Istana Bogor ini bukan hanya menghadapi sebaran virus, tapi juga menghadapi dampak ekonomi virus corona.

Bukan rahasia lagi, Republik Rakyat China (RRC) saat ini tengah collapse akibat virus corona. Belasan kota ditutup, termasuk Wuhan yang tercatat sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan tertinggi di China.

Tentu saja, penutupan kota-kota itu turut mempengaruhi hubungan ekonomi China dengan negara-negara lain, dan akhirnya juga mempengaruhi perekonomian dunia. Indonesia sendiri mencatat 16.6 persen kuota ekspornya ke China, dan tentu dampak corona akan menekan perekonomian Indonesia.

Meskipun begitu, ada berbagai peluang bisa diambil Indonesia di balik tantangan ekonomi tersebut. Hal itulah yang dibahas Presiden Jokowi dalam arahan Ratas Kesiapan Menghadapi Dampak Corona di Istana Bogor.

1. Mengisi Kekosongan Ekspor RRC

Sepanjang 2016 saja, China melakukan ekspor sebesar 2.06 triliun USD atau setara 7.5% dari total ekspor seluruh negara di dunia. Pasca colapse akibat virus corona, tentu lalu lintas ekspor itu akan turut terganggu. Di satu sisi, berbagai negara masih membutuhkan pasokan produk, tapi RRC tak mampu lagi mengekspor produk tersebut seiring kelumpuhan ekonomi yang mereka alami.

Dalam konteks inilah, Indonesia berpeluang untuk menggantikan pangsa ekspor yang selama ini dipegang China. Tentu besaran ekspor China tersebut tidaklah kecil. Untuk komoditas hasil alam misalnya, selama 2019 China mengekspor kapas sebesar 15 miliar USD; kedelai sebesar 108.5 miliar USD; hingga kentang sebesar 337.2 miliar USD.

Hal itu belum termasuk produk bumi lain, atau produk manufaktur seperti tekstil yang mencapai 72.8 miliar USD. Jika dipersiapkan dengan matang, Indonesia bisa mengambil pasar ekspor itu.

2. Mengalihkan Kunjungan Wisata dari China

Selain mengisi kekosongan produk ekspor, Indonesia juga bisa mengisi kekosongan destinasi wisatawan mancanegara yang menyasar kawasan Asia. Pada 2019, tercatat 143 juta wisatawan mancanegara yang masuk ke RRC, dan menghasilkan 129.6 miliar USD atau sekitar Rp1.814 triliun (kurs dollar Rp 14.000).

Angka itu jauh lebih besar dari pendapatan sektor pariwisata kita pada 2019 yang tercatat sebesar 17.6 miliar USD. Dengan proyek destinasi pariwisata super prioritas yang sudah digarap pemerintah, cukup mungkin untuk menarik para wisatawan yang gagal mengunjungi Tiongkok akibat virus corona.

Apalagi, Indonesia sampai hari ini berhasil mengantisipasi dampak sebaran virus corona, sehingga para wisawatan tak perlu khwatir mengunjungi Indonesia. Jika hal ini berhasil, maka Pariwisata di Bali dan Manado yang lesu akibat berkurangnya wisatawan dari Tiongkok, ke depan akan kembali ramai.

3. Menggenjot Industri Substitusi Impor

Dalam beberapa kesempatan, Jokowi menyampaikan kekesalannya ketika Indonesia masih harus mengimpor berbagai produk yang seharusnya bisa diproduksi sendiri. Di sektor migas misalnya, presiden kerap menyinggung orang-orang yang lebih suka impor daripada memproduksi sendiri.

Makanya, Indonesia saat ini tengah mempercepat industri petrokimia guna memenuhi kebutuhan migas dalam negeri. Produk lain yang sampai saat ini masih diimpor yaitu cangkul, yang didatangkan dari Tiongkok. Padahal, kebutuhan cangkul dalam negeri cukup besar dan cara produksinya relatif sederhana.

Dengan adanya hambatan perdagangan dengan Tiongkok, otomatis impor cangkul dan berbagai produk lain itu akan turut berhenti atau terhambat. Pada titik inilah, justru Indonesia berpeluang untuk mengadakan sediri berbagai produk yang selama ini diimpor. Dan bukan tidak mungkin, produk-produk substitusi impor akan berkembang pesat pada periode sekarang ini.

Tampaknya Jokowi sangat paham, bahwa di balik setiap hambatan dan tantangan selalu ada peluang. Tentu peluang itu hanya bisa diraih kalau kita mempersiapkan diri secara tepat. Pada kasus corona ini, tantangan pertama sudah kita lalui dengan baik, yaitu mengantisipasi penyebaran virus corona ke dalam negeri.

Tantangan berikutnya yaitu mengubah resiko ekonomi akibat kemandegan China, menjadi peluang yang bisa kita gunakan untuk mengatrol perekonomian Indonesia. Tentu saja, tantangan kedua ini akan berhasil dijinakkan jika segenap rakyat Indonesia mendukung langkah-langkah dan kebijakan cerdas yang tengah dikawal pemerintahan Jokowi.

Jika kita terus berkutat pada sentimen-sentimen sempit dan mudah terpapar berita bohong, alangkah sayang kalau terobosan-terobosan pemerintah menjadi tidak optimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun