Mohon tunggu...
John Vianey
John Vianey Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Artikel dok.PEMDES TIMU TAWA

Selamat Datang di Artikel dok.Pemdes Timu Tawa,media seputar informasi Pemerintahan Desa Timu Tawa terkini...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Tiga Pengalaman Berkesan Frans Seda dan Bung Karno

18 Februari 2020   16:37 Diperbarui: 18 Februari 2020   16:37 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berikut saya kutip tulisan Frans Seda sendiri(baca buku kekuasan dan moral,penerbit PT Gramedia Widasarana Indonesia,jakarta,1996,halaman 95-96) sebagai berikut;

Ada tiga pengalaman saya dan Bung Karno mengenai hubungan antara power figure dan power centre ini.pada tahun 1964,dalam Konggres  Nasional ISEI,oleh beberapa anggota di usulkan sebuah revolusi supaya ISEI mendukung "Pemimpin Besar Revolusi" Bung Karno untuk menjadi presiden seumur hidup.

Diantara yang tidak setuju adalah Brigjen Drs Sukendro(sebagai anggota ISEI,beliau juga kepala Intelijen) dan saya.tetapi kami kalah suara.maka sesuda rapat saya lari ke istana untuk melaporkan sendiri pada Bung Karno sebelum para spion Melayu melaporkannya.Bung Karno menanyakan mengapa saya tidak setuju."Kerena tanpa dukungan ISEI pun  Bung Karno suda menjadi Presiden seumur hidup.tetapi soalnya menjadi lain bila ISEI ikut mendukungnya. Itu akan berarti ISEI - sebagai organisasi profesi-mebunyikan lonceng kematiannya".

Bung Karno menganguk-anguk.Tidak marah! (Apa nyatanya? dan mulai obral Kepemimpinan Bung Karno dan ancam-ancaman terhadap ISEI,kalau tidak turut memilih Bung Karno Pesiden seumur hidup)

Pengalaman lainya ketika di Yogyakarta mau di adakan Konggres Partai Katholik.Dalam kereta api dari Jakarta saya di datangi oleh seorang pemuda,yang menyatakan bahwa "istana" ingin saya menggatikan Pak Kasimo sebagai Ketua Partai,sebab Pak Kasimo di anggap menertawakan Bung Karno di depan umum,ketika sambil"ha...ha...ha..." Dia menyatakan ketidaksetujuannya dengan konsepsi Presiden.

Saya menjawab kepada utusan itu,supaya di sampaikan kepada Istana bahwa Partai Katholik di dirikan oleh orang Katholik,dan hanya mereka inilah yang berwewenang menetukan/memilih siapa yang menjadi Pemimpin mereka.sampai di Yogyakarta,saya mengusulkan agar pak Kasimo kembali di pilih secara aklamasi.kembali di Jakarta,ketika menyampaikan hasil Konggres Yokya pada Presiden/Bung Karno,beliau diam-diam saja sepertinya menghargai apa yang telah terjadi.Hanya beliau katakan,Pak  Kasimo 'kan suda tua."Justru kerena suda tua kami butuh pengalaman,kearifan dan kejujuran serta ketegasan sikap beliau.Beliau yang memimpin Partai,kami-kami ini yang mengurus Partai!"

Pengalaman lainya ialah ketika saya sebagai Menteri Perkebunan didesak dari semua penjuru,dari para Waperdam( Wakil Perdana  Menteri) dan Sekretaris Bersama Organisasi Buruh Perkebunan,dari PNI dan PKI untuk me-"nasakomisasi"-kan para pembantu Meteri dan para Direksi Perkebunan.saya tetap menolak.

Dan waktu tidak tahan lagi,saya lari ke Istana,ke Bung Karno,dan menyatakan sampai bertanya,"Bapak Presiden,waktu saya di angkat menjadi Menteri Perkebunan,waktu presiden menanyakan sanggup atau tidak,saya katakan sanggup.Tetapi tidak kalau di paksakan harus Nasakom.Perkebunan itu memerlukan Pimpinan yang profesional,bukan yang Politis.Jadi bagaimana,Bung! Kalau di paksakan,angkatlah oranv lain,sebab tidak sesuai dengan Keyakinan dan Hati nurani saya".

Kesini Frans! Dengar benar-benar! Nasakom itu das sollen,itu urusanku! Frans urus das sein! Lalu saya menyambung,"dan das sein itu berarti mengurus Perkebunan secara Profesional,mengurus sembilan Partai yang ada beserta ormas-ormasnya di Perkebunan.mereka inilah yang menjadi urusan saya!"

Bung Karno mengangguk-angguk.Lalu saya "Lari" kembali ke Departemen,Panggil semua staf,sekretariat bersama ormas-ormas Perkebunan,Dewan Produksi dan menyatakan:"Siapa yang mau Nasakom pergi ke Bung Karno!saya di sini mengurus mereka yang secara Profesional dan Produktif bergiat dalam Perkebunan.Dan di Perkebunan ada sembilan Partai serta ormas-ormasnya,bukan hanya Tiga".(John Vianey)***

Demikianlah ringkasan sekilas  tentang masa pengabdian dan Tiga Pengalaman Berkesan,Frans Seda dan Bung Karno di Lingkup Nian Sikka tercinta dan pemerintah RI ketika menjadi Menteri(1964-1973)Dubes Belgia(1973-1976) dan Anggota DPA (1976-1978)

Sumber;E.P.da Gomez(Memaknai Nilai Ketokohan dan Kepemimpinan),penerbit;Ledalero,2019.

Salam satu Nian Sikka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun