Mohon tunggu...
Yohanes Jeng
Yohanes Jeng Mohon Tunggu... Novelis - Filsafat

Mengubah dunia dengan mengubah diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Argumentasi Moral Personalisme

3 Desember 2019   12:09 Diperbarui: 3 Desember 2019   12:22 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Persona

Kata persona berasal dari Bahasa Latin yang sejajar dengan kata proposon dalam bahasa Yunani yang aslinya berarti topeng dalam permainan sandiwara yang menujukan peran atau kedudukan atau fungsi sebuah peran itu di dalam keseluruhan cerita sandiwara tersebut. Karena kata proposon berarti peran dan fungsi dalam sandiwara, maka kata persona juga mengacu pada peran aktif dan dinamis yang mau ditunjukan oleh pribadi manusia yang disebut persona.[1]

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, person memiliki dua arti yakni, orang atau pribadi dan arti yang kedua yakni topeng, wajah, ciri khas seseorang, identik dengan peribadinya. Dari pengertian yang diberikan oleh KBBI dan menurut asal katanya, kita dapat membuat suatu pemahaman yang menyeluruh mengenai arti kata person. Person berarti orang atau pribadi yang memiliki ciri khas yang menggambarkan siapa dirinya. Jadi orang sebagai persona tidak dapat digantikan dengan orang lain.

Gambaran karakter, sikap dan prilaku orang tersebut tidak dapat digunakan untuk menyatakan orang lain. Dalam beberpa hal atau aspek, seseorang sebagai person mungkin sama atau mirip dengan orang lain. Namun pada hal-hal tertentu ia tidak dapat disamakan dengan orang lain. Kemungkinan adanya persamaan antara satu pribadi dengan pribadi yang lain dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana pribadi tersebut berada. Namun pada aspek tertentu seperti sikap dan kepribadian, masing-masing orang memiliki kehasannya tersendiri.

Person dalam paham filosofis yang menyatakan bahwa martabat pribadi manusia dinilai dari norma dasar etika. Padangan ini menegaskan bahwa nilai martabat seorang manusia terletak dalam dirinya sendiri bukan berdasarkan penilaian dari luar. Pemahaman yang sama tentang konsep person dijelaskan dalam ensiklopedi filsafat. Person merupakan paham filosofis yang menganggap kepribadian atau hakekat diri sebagai nilai tertinggi dan sebagai kunci untuk mengukur realitas. Menurut Imanuel Kant manusia harus dihormati karena hanya dialah satu-satunya mahluk yang memiliki tujuan dalam dirinya sendiri. Sikap hormat yang merupakan suatu keharusan yang tak bersyarat dituntut oleh kodrat atau hakekat pribadi manusia yang terdalam sebagai porson, pusat eksistensinya dan sebagai mahluk yang memiliki akal budi dan kehendak.

Untuk menegaskan kemutlakan nilai manusia dan sikap hormat yang tidak bersyarat atas manusia, Kant membedakan antara "harga" (Preis) dan "martabat (Wrde). Harga dan martabat manusia ini memang menjadi tujuan, tetapi prinsipnya, hal yang memiliki "harga" selalu bisa tergantikan, selalu tersedia alternative, substitusi. 

Tetapi sesuatu yang memiliki "martabat" selalu unik, tak tergantikan oleh alternatifnya. Karena itu, untuk manusia yang memiliki martabat, Kant memberikan inperatif moral: "Hendaklah memperlakukan kemanusiaan, baik dalam diri Anda maupun dalam diri orang lain, selalu sebagai tujuan pada dirinya sendiri dan tidak pernah sebagai sarana". 

Manusia sebagai persona humana 

Manusia sebagai persona humana maksudnya adalah manusia sebagai subjek bukan sebagai objek. Manusia sebagai persona humana menunjuk pada pribadi manusia sebagai seorang subjek, bukan sebuah objek seperti barang-barang dalam dunia. jika manusia sebagai seorang subjek maka perlakuan terhadap subjek manusia tersebut layaknya sebagai subjek bukan sebagai objek dan tidak pernah dijadikan sebagai objek. 

Dengan demikian manusia tidak boleh direduksi keberadaannya menjadi seperti objek untuk digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu. Pribadi manusi tidak boleh dipakai sebagai sarana. Menurut Janssens yang dikutip oleh pastor Sujoko mengatakan bahwa, alasan manusia tidak boleh dijadikan sebagai oebjek apalagi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu adalah setiap person memiliki nilai-nilai positif dalam dirinya.

Dalam Gaudium et Spes no 27 yang berbicara secara khusus tentang sikap hormat terhadap manusia menegakan bahwa, pelbagai situasi yang tidak manusiawi atau melwan martabat manusia: pembunuhan, penumpasan suku, penggangguran, eutanasia, perbudakan, pelacuran, perdagangan wanita dan anak-anak mudah. Selanjutnya GS no 15 lebih melihat manusia sebagai subjek moral yang memiliki akal budi, sehingga ia bertindak sesuai dengan hati nurani yang ditegaskan dalan GS no 16, kehendak yang bebas dalam GS no 17 dan atas cara yang bertanggungjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun