Saat itu, bisa dibilang final ideal karena melawan klub sesama Liga Inggris, Manchester United.
Kala itu kedua tim memiliki kekuatan yang sama kuat. Man United masih diperkuat oleh Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney, Ryan Giggs, Rio Ferdinand hingga Edwin van der Sar.
Sementara Chelsea dihuni oleh barisan pemain bintang, yaitu Didier Drogba, Frank Lampard, Michael Ballack, Andriy Shevchenko, John Terry, dan Petr Cech.
Sayangnya, The Blues gagal menang setelah kalah adu penalti dengan skor 5-6, di mana sebelumnya bermain imbang dengan skor 1-1.
11 tahun berselang, baru ada lagi klub pertama yang merasakan atmosfer Liga Champions, yakni Tottenham Hotspur di tahun 2019.
Lagi-lagi, mereka harus merasakan kutukan di final setelah dibekuk oleh sesama klub Liga Inggris, yakni Liverpool dengan skor 0-2.
Setahun berselang, PSG hadir sebagai klub pertama di Liga Champions yang siap mematahkan kutukan tersebut.
PSG saat itu juga dilatih oleh Thomas Tuchel yang mempunyai skuat mumpuni, mulai dari Thiago Silva yang juga saat ini di Chelsea, lalu ada Marco Verratti, Mauro Icardi, dan trio maut di lini depan, Angel Di Maria, Neymar Jr, dan Kylian Mbappe.
Sayangnya, mereka tak bisa menghapus kutukan tersebut usai dibekuk oleh Bayern Munchen dengan skor tipis 0-1.
Setelah sebelumnya Liga Champions kerap menghadirkan klub baru di babak final dalam rentan waktu dua tahun, kini dalam tiga tahun terakhir secara beruntun selalu ada klub yang baru merasakan babak final.
Apakah tahun 2022 mendatang kembali hadir satu klub baru lagi atau bahkan dua klub baru secara serentak di final Liga Champions? Atau justru kembali tim lama yang berkuasa? Menarik untuk dinanti.