Mohon tunggu...
Yohana K. Nubatonis
Yohana K. Nubatonis Mohon Tunggu... Tutor - Alumnus Pendidikan Kimia Undana

~Karena Kau MENULIS. Suaramu Takkan PADAM ditelan angin, akan ABADI sampai jauh, jauh dikemudian hari~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

New Normal, Solusi ataukah Delusi

12 Juli 2020   11:55 Diperbarui: 12 Juli 2020   12:07 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

New normal atau tatanan kehidupan baru adalah kebijakan yang diambil pemerintah untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi, sosial dan kegiatan publik setelah krisis. 

Dalam konteks pandemi virus corona, new normal diberlakukan dengan batasan-batasan khusus yang didasarkan pada standar kesehatan baru yang dibuat sehubungan dengan pandemi. New normal menjadi pilihan yang seakan disegerakan oleh pemerintah demi menyelamatkan Negara dari kemungkinan terburuknya.

Terlepas dari perdebatan istilahnya, tatanan new normal secara sosiologi sama dengan istilah adaptasi darurat dengan perubahan lingkungan dan alam. 

Ilmuwan biologi yang terkenal dengan teori evolusi, Charles Darwin, dalam bukunya The Origin of Species sudah menyatakan,"it's not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survives. It's the one that is most adaptable to change" yang artinya "bukan yang terkuat yang mampu bertahan, bukan pula yang paling cerdas, melainkan mereka yang paling adatif menghadapi perubahan"

Polemik New Normal
Penerapan new normal terjadi polemik. Satu sisi dianggap meningkatkan kasus Covid-19 dan disisi lain menjadi upaya meredam tingginya kerentanan sosial. Bahkan ada indikasi bahwa new normal sebagai upaya menyamarkan ketidakmampuan negara untuk mengatasi pandemi covid-19.

Hemat saya, penerapan new normal seharusnya berkaca pada PSBB. Tidak sedikit pelanggaran protokol kesehatan terjadi. 

Lantas, bagaimana dengan tingkat pelanggaran protokol kesehatan setelah diterapkannya new normal? Hampir 60% pelanggaran yang terjadi adalah pelanggaran individu, masyarakat keluar tidak pakai masker dan tidak jaga jarak (Baca: Surabaya.tribuns.com pada Rabu, 24 Juni 2020). 

Rupanya tidak berbeda jauh dengan pelanggaran dimasa PSBB, bahkan lebih tinggi tingkat pelanggarannya. Lantaran kasus positif corona di Indonesia terus meningkat secara signifikat setelah diberlakukannya new normal.

Gambar 1. Kasus aktif dan kasus baru di Indonesia (worldometers.info/coronavirus)
Gambar 1. Kasus aktif dan kasus baru di Indonesia (worldometers.info/coronavirus)
Gambar 1. Kasus aktif dan kasus baru di Indonesia (worldometers.info/coronavirus)
Gambar 1. Kasus aktif dan kasus baru di Indonesia (worldometers.info/coronavirus)
Data tersebut dengan jelas menyiratkan bahwa pemberlakuan new normal di Indonesia berpotensi gagal. Penyebab kegagalannya tak dapat dipungkiri dipicu oleh persepsi masyarakat yang keliru mengenai new normal. Mereka mengangap bahwa virus corona sudah hilang sehingga bebas beraktivitas tanpa menghiraukan protokol kesehatan yang ditetapkan. 

Sebagian masyarakat berpikir bahwa new normal sebagai suatu kesempatan untuk rekreasi dan menghibur diri setelah sekian lama terkunci di dalam rumah, terpenjara dalam dinding-dinding yang dibuat sendiri. 

Seperti dikutip dalam media SIND8NEWS.com, Hari pertama pelaksanaan new normal di Bali disambut antusias masyarakat. Seperti di Pantai Kuta, Badung, Bali.

Gambar 2. Kondisi hari pertama pemberlakuan new normal di Bali | sumber: sindo news
Gambar 2. Kondisi hari pertama pemberlakuan new normal di Bali | sumber: sindo news
Protokol kesehatan seperti menjaga jarak (social and physical distancing) dan penggunaan masker tak dihiraukan lagi. Anehnya, narasi yang mengangap pandemik covid-19 bersifat sementara justru tumbuh subur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun