Mohon tunggu...
Yohana Hartriningtyas
Yohana Hartriningtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

Seorang ibu rumah tangga dengan seorang anak lelaki, pernah berprofesi sebagai guru dan pernah menjadi buruh pabrik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Opini: Anda Sopan Kami Segan, Anda Ketus Kami?

25 April 2021   21:49 Diperbarui: 25 April 2021   21:56 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ANTARA FOTO/REUTERS/Jeenah Moon

Aksi kekerasan oleh Jason kepa salah satu oknum perawaat Siloam lagi viral ya? Oke berhubung saya lagi kena covid dan habis dibuat jengkel oleh seorang oknum kesehatan saya akan mencoba berpendapat.

Sebut saja seorang petugas kesehatan, namanya petugas dya tugas dia melayani dibidang kesehatan dong, memberi informasi sejelas-jelasnya kepada pasien dan sebisa mungkin ramah. Iya ramah, berat memang kala pekerjaan menumpuk, atasan bikin BT dan tugas-tugas yang lain keteter tak karuan. Memicu gelombang sensitif dalam otak. Senggol bacok kalau bahasa maduranya ya.

Saya ingat saat saya melahirkan sendirian tanpa bisa didampingi suami karena suatu hal. Sama seperti pak Jason, suami saya sempat emosi dan terliba cek cok via telepon. Alasannnya hampir sama, suami saya panik karena tidak bisa melihat kondisi anak istri secara langsung dan solusinya hanya bisa telpon pihak rumasakit berhubung tidak ada keluarga lain yang berjaga. Jawaban ternyata sangat ketus, seoalah malah memancing emosi suami yang merasa tak berguna karena tidak ada dan panik.

Kedua baru kemarin saya mendapatkan hal serupa yang tak menyenangkan. Berawal dari suami ternyata positif covid. Sebagai warga negara yang baik otomatis kami lapor ke petugas kesehatan dan warga sekitar donk agar dilakukan tindakan dan tidak menular. Suspect bro, merasa bersalah seumur hidup kalau kami menularkan ke orang apalagi sampai meninggal. Amit-amitlah. Tetangga dengan sangat baik mensuport kami, mengantar keperluan kami dan malah kami merasa kayak sedang liburan dengan tagihan belakangan. Iyalah wong opo-opo kami tinggal kirim pesan minta dianterin imi itu. Tapi petugas kesehatan yang seharusnya kami harapakna malaha mengecewakan. Dia memberikan ide tapi detailnya kita yang disuruh mikir. Contohnya dia ngasih ide agar kami diisolasi sendiri-sendiri tidak jadi satu. Iya bagus idengya tapi dia tidak mau tahu kami punya uang tidak buat bayar kos atau hotel, kami ada tempat tidak buat isolasi. Sampai hari ke 7 tak ada lagi tuh suara-suara ngasih solusi. Kami? Bodo amat lah yang penting sehat. Yang kedua saya tanya apabila sudah isolasi mandiri, PCR selanjutnya dimana ya yang gratis? Pertanyaan mudah yang dijawab seolah-olah menertawakan kami yang dalam kondisi pailit. Iya dijawab dengan " Ya, gak ada to mbak PCR gratis. Kalau mau ya bayar". Aduh harga diri serasa diinjak-injak betul.

Entahlah siapa yang harus disalahakan jika terjadi seperti kasus pak Jason. Jika perawat memang benar ketus seperti pernyataan istri maka penyebab kemarahan pak Jason sudah pasti tentang atitude nya bukan? Jujur saya sebagai pasien tidak tahu sama sekali prosedur kesehatan tetapi kami juga pernah bekerja. Merasakan tidak enak saat semua tugas keteter, customer bawel dan sebagainya. Kami merasa membayar sama jadi mohon beri penjelasan kami dengan sopan agar kami segan. Beri peringatan kami dengan bahasa yang sedikit mengandung senyum agar hati kami tenang.

Untuk Para pasien dan keluarganya, mohon untuk tetap sopan kepada petugas dalam bersikap. Sungguh di dunia ini semua ingin diprioritaskan termasuk anda. Demi kesehatan mental petugas medis, ketenangan anda sangat berpengaruh bagi mereka. Terima Kasih

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun