Mohon tunggu...
Yohana Hartriningtyas
Yohana Hartriningtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

Seorang ibu rumah tangga dengan seorang anak lelaki, pernah berprofesi sebagai guru dan pernah menjadi buruh pabrik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masih Muda Menikah? Paham Risikonya?

19 April 2021   12:42 Diperbarui: 19 April 2021   12:47 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

7. Kemarahan berujung KDRT
Kemarahan yang bertumpuk, suami atau istri merasa dituntut dan tertekan memicu respon tubuh melakukan KDRT. Sebagai orang lain yang tidak terlibat dalam masalah tak jarang kita berpikir "kok bisa ya?" Tetapi sebagai pelaku banyak motif yang mendasari hal itu. Jarang KDRT dilakukan spontan dalam satu kesalahan, biasanya dipicu dari beberapa kesalahan sebelumnya dan kekecewaan. Mengerikannya menampar masih dalam golongan ringan sekarang bahkan bisa berujung pembunuhan.

6. Drama baru saat punya anak
Sedikit jauh dari point diatas adalah drama saat mulai saat hamil hingga punya anak. Sudah banyak bukan dibaha tentang resiko lebih besar dialami wanita dengan umur di bawah 18 tahun. Percayalah walaupun anda mengikuti kursus parenting maupun membaca seribu tumpuk teori tentang bayi hanyalah membatumu sedikit. Hamil membuat ibu bayi punya perasaan yang cepat berubah-ubah. Jangan kira setelah lahir itu selesai. Tidak! Selamat datang didunia yang susah dikendalikan. Perasaan ayah, perasaan ibu dan anak begitu kuat saling mempengaruhi. Hal itu bagus namun menyikapi dengan salah akan membuat hidup ada seolah seperti neraka. Bagaimana tidak, jika salah satu dari orang tua emosi anak akan ikut rewel. Dilain sisi orang tua baru merasa kelelahan. Depresi dan babyblues sering mampir menjadi penyakit tak terdeteksi pada ibu. Ketidak siapan mental orang tua dimana masih bersikaplabil dalam segala kondisi akan menjadikan masa itu menakutkan. Bukankah kematian bayi atau anak oleh orang tuanya sendiri sudah sering anda dengar?

Point diatas hanyalah garis besar masalah yang dapat saya paparkan lewat tulisan berdasarkan fenomena beberapa kasus yang terjadi disekitar saya. Orang yang dinila sudah cukup umur saja masih banyak yang tak mampu melewati cobaan dalam rumah tangga, apalagi yang masih belum dewasa. Emosi yang sering meledak-ledak entah itu rasa bahagiaan, kemarahan atau yang lainnya mampu setiap saat memporak-porandakan kehidupan. Kematangan emosi, kehati-hatian, dan kepekaan sangat diperlukan sebagai bekal untuk menikah.  

Jika patokan menikah dalam pikiran anda masih berupa iming-iming kebagaiaan anda belum siap. Terlalu dini melakukan pernikahan hanya membuat janji pernikahan anda ternoda oleh penyesalan. Penyesalan itu bisa berbentuk perasaan belum puas menikmati masa muda maupun perasaan merasa salah memilih psangan atau bahkan menyalahkan keputusan menikah telah menghalangi tercapainya cita-cita anda. Stop menikah dini!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun