Mohon tunggu...
Yogi Eka Sahputra
Yogi Eka Sahputra Mohon Tunggu... -

Tuhan tidak hanya perintahkan membaca tetapi juga menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mamak Kontemporer

30 Januari 2016   11:35 Diperbarui: 30 Januari 2016   12:21 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perilaku generasi muda menjadi perbincangan saat ini. Tingkah laku mereka kembali dipertanyakan, tidak kreatif bahkan anarkis membahayakan diri sendiri dan orang sekelilingnya. Meskipun sebagian anak muda yang seperti itu, namun secara statistik setiap tahun perilaku kriminalistas itu terus bertambah, yang dibintangi oleh generasi muda tersebut atau dalam minang disebut kamanakan.

Perzinaan, perampokan, narkoba, dan lainnya sudah merajalela. Ini perlu perhatian khusus, terutama dalam tatanan budaya Minangkabau yang sangat mewanti-wanti hal ini, sesuai dengan falsafah ABS-SBK (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah).

Secara struktural, Minangkabau sudah menjawab pertanyaan itu. Kamanakan (anak saudara perempuan, baik laki-laki maupun perempuan) sesunguhnya sudah menjadi tangung jawab ninik mamak. Tingkah laku kamanakan tergantung kepada cara atau apa yang diajarkan mamak kepada kemanakannya.

Secara definisi Mamak merupakan saudara laki-laki ibu, baik adik maupun kakaknya. Ninik Mamak juga diartikan orang yang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan keluarga matrilineal di Minangkabau. Dia menjadi orang yang dituakan dan menjadi pemimpin, tidak boleh sewenang-wenang, harus menurut alur dan kepatutan yang ada, sesuai hukum dan ketentuan yang berlaku di Minangkabau.

Berbicara Mamak, tugasnya mengajarkan kamanakannya. Tidak hanya mengajarkan masalah adat, juga agama bahkan sampai masalah tingkah laku keseharian. Mamak sepatutnya berfungsi menjadi panututan bagi kamanakan. Seperti papatah minang “Kamanakan barajo ka mamak, Mamak barajo ka pangulu, Pangulu barajo ka mufakat, Mufakat barajo ka nan bana, Bana badiri sandirinya, Bana manuruik alua jo patuik, Manuruik patuik jo mungkin”. Maksudnya kamanakan baraja ka mamak. Sehingga secara kasat mata perilaku kamanakan tergantung bagaimana mamak mengajarkan kamanakannya. Sehingga percakapan "Sia mamak paja tu?" atau "Kamanakan sia ko?" sering dilontarkan dalam kesaharian orang minang.

Ketegasan minang bahwa perilaku kemanakan tergantung contoh yang diberikan mamak juga terdapat dalam ungkapan "Biriak-biriak turun ka samak, Tibo di samak makan padi, Dari niniak turun ka mamak, Dari mamak turun ka kami," sehingga disimpulkan "ba a parangai mamak sarupo itu pulo parangai kamanakan,". Tentu saja jika kemenakan melakukan kesalahan, mamak akan ikut malu. Dan jika kamanakan melakukan kebajikan mamak juga ikut banga.

Banyak pepatah yang menegaskan peran mamak terhadap kamanakan, “Kaluak paku kacang balimbiang, Daun bakuang lenggang-lenggangkan, Anak dipangku kamanakan dibimbiang, Urang kampuang dipatenggangkan”. Pepatah ini menjelaskan dalam ranah minang mamak berperan dalam membimbing kemenakan, itu sudah menjadi kewajiban mamak.

Begitu sistematis minangkabau mengatur matrelinear minangkabau ini. Contoh saja Mamak dan Kemanakan sama-sama memiliki hak dan kewajiban. Namun apa hak yang didapat Mamak dari Kamanakan. Kamenakan juga memiliki tanggung jawab terhadap Mamaknya. Andaikan Mamaknya berhutang, Kamenakan yang akan membayarnya. Sehingga beban Mamak agak berkurang dan akan terpelihara hubungan yang harmonis antara Mamak dan Kamenakan. Intinya kedua pihak ini selalu menjaga keharmonisan.

Bahkan dalam minang peran mamak diibaratkan sebagai kayu besar di tangah koto. Ia menjadi pelindung bagi kamenakannya. “Rimbunyo manaduahkan, batang tampek basanda, urak tampek baselo”. Begitu benar Minangkabau mengatur. Sudah jelas idealnya mamak dalam Minangkabau. Tapi bagaimana dengan Mamak sekarang atau istilah modrennya mamak kontemporer, itu menjadi pertannya besar melihat kamanakan yang ilang arah.

Kita menyadari tingkah laku generasi muda sekarang sudah mulai merosot. Urang minang perlu mendudukan kembali apa yang terjadi dan apa yang salah. Apakah peran mamak yang tidak berjalan semestinya atau tidak adanya kesinergian antara ninik mamak, kamanakan bahkan orang tua.

Dahulu keharmonisan mamak selalu dijaga. Namun sekarang mamak dilarang berkunjung kerumah kamankannya. Itu bentuk kemundurun yang nyata. Tidak hanya hilang peran mamak. Tradisi baraja di surau juga sudah hilang. Sekarang surau hanya tempat beribadah. Bukan lagi tempat mamak mengajarkan kamanakan tentang banyak hal dari mengaji sampai basilek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun