Mohon tunggu...
Yogi Pratama
Yogi Pratama Mohon Tunggu... Penggemar

https://linktr.ee/yogipratama900

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Fenomena War Takjil: Tradisi Berburu Kuliner Ramadan yang Penuh Semangat dan Kebersamaan

6 Maret 2025   16:29 Diperbarui: 7 Maret 2025   00:19 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena war takjil (Freepik) 

Bulan Ramadan di Indonesia tidak hanya identik dengan ibadah puasa, tetapi juga dengan tradisi unik yang selalu dinantikan, salah satunya adalah "War Takjil" Istilah ini merujuk pada momen berburu takjil atau makanan pembuka puasa dengan semangat tinggi, seolah-olah sedang berkompetisi. Fenomena ini semakin populer, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, di mana masyarakat berlomba-lomba mendapatkan takjil favorit sebelum kehabisan.  

Namun, di balik keseruan ini, terdapat makna lebih dalam yang mencerminkan semangat kebersamaan, toleransi, dan keberagaman masyarakat Indonesia. Artikel ini akan mengulas lebih jauh tentang "War Takjil", mulai dari asal-usul, dampaknya, hingga bagaimana fenomena ini menjadi bagian dari budaya Ramadan yang khas.  

---

Asal-Usul dan Perkembangan War Takjil

Tradisi berburu takjil bukanlah hal baru di Indonesia. Sejak dulu, masyarakat sudah terbiasa membeli atau membagikan makanan untuk berbuka puasa. Namun, istilah "War Takjil" baru muncul dalam beberapa tahun terakhir, dipopulerkan oleh pengguna media sosial yang melihat antusiasme luar biasa dalam berburu takjil. 

Kata "war", yang berarti perang dalam bahasa Inggris, digunakan secara humoris untuk menggambarkan persaingan dalam mendapatkan makanan favorit sebelum kehabisan. Fenomena ini semakin marak dengan adanya pasar takjil dadakan yang menjamur di berbagai tempat, seperti:  

- Pasar Takjil Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta  

- Kampung Ramadan Jogokariyan, Yogyakarta

- Jalan Asia Afrika, Bandung

- Alun-Alun Surabaya dan Masjid Ampel

Di lokasi-lokasi ini, ratusan pedagang menjajakan berbagai hidangan khas Ramadan, seperti kolak, es buah, gorengan, kue tradisional, hingga makanan berat seperti sate atau nasi kebuli.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun