Mohon tunggu...
yogi pratama
yogi pratama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Peserta KKN-DR kelompok 110

Selanjutnya

Tutup

Money

Dampak Covid-19 terhadap Harga Bahan Pokok

13 Agustus 2020   15:10 Diperbarui: 18 Agustus 2020   17:14 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama: Yogi Pratama
Jurusan: Ekonomi dan Bisnis Islam
Peserta KKN-DR 110 UIN Sumatera Utara

Memasuki bulan kelima semenjak ditemukannya kasus pertama Covid-19 (Corona) di Indonesia, pandemi Covid-19 telah menimbulkan perubahan yang signifikan dalam beberapa sektor di tanah air, tidak terkecuali sector harga bahan pokok.
Masalah ketersediaan pangan hingga ketidak seimbangan harga bahan pokok terjadi di berbagai daerah, utamanya sebagai dampak dari penerapan kebijakan penanganan Covid-19 berupa physical distancing hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Dampak Covid-19 tidak hanya dari penyakitnya, tetapi juga kebijakan yang diambil, ada PSBB dan sebagainya, itu berpengaruh pada aktivitas perekonomian, pertanian juga terdampak,” ucap Guru Besar Fakultas Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Masyhuri.
Hal ini ia sampaikan dalam diskusi bertema “Kemandirian Pangan di masa Pandemi dan Pasca Pandemi” yang diselenggarakan Dewan Guru Besar UGM.
Dampak pandemi pada sektor pertanian, papar Masyhuri, meliputi berbagai aspek, mulai dari produksi, distribusi, serta konsumsi produk pangan. Harga kebutuhan pangan pun menjadi tidak menentu. Gula serta bawang putih adalah beberapa bahan dasar yang mengalami kenaikan harga, sebaliknya bahan dasar seperti cabai dan sejumlah produk peternakan seperti daging ayam dan telur mengalami penurunan nilai jual.
“Harga-harga seperti tak menentu, ada yang naik, tapi ada juga yang turun. Sebagian ini karena permintaan jatuh sementara persediaannya tetap, sehingga harga mulai berjatuhan,” terangnya.
Di samping itu, impor produk pertanian yang selama ini belum bisa dipenuhi dengan produksi dalam negeri pun mengalami kendala, karena perubahan kebijakan dari negara-negara eksportir yang berusaha untuk menyimpan hasil produksi untuk kebutuhan dalam negeri. Situasi ini, menurutnya, bisa semakin buruk jika pandemi Covid-19 terjadi berkepanjangan.
“Semakin lama pandemi ini berangsung, semakin kompleks masalah pangan yang dihadapi,” tuturnya.
Pengamat Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Imron Mawardi saat dihubungi detikcom, Sabtu (21/3/2020). Berkata, “ Secara alamiah harga barang-barang cenderung naik, ditambah ada pengurangan suplai seperti lombok, bawang putih pengurangan suplai karena kasus corona, beberapa tentu barang-barang impor berkurang.”
Kenaikan itu, kata Imron, sangat signifikan. Karena harga gula sudah sampai Rp 17.000 dan cabai Rp 60.000/kg. Momentum itu salah satunya karena pengaruh virus corona. Wabah virus corona memang terjadi panik buying. Beberapa orang belanja dengan takar yang kurang wajar. Kebutuhan melebihi normal mempengaruhi suplai di pasar.
"Saya kira seperti biasa ada orang yang mengambil keuntungan jangka pendek, membeli dalam jumlah banyak, sedikit yang menimbun meski tidak dalam skala yang besar," ujarnya.
Mari kita lihat data harga bahan pokok di dua daerah Sumatera Utara yaitu di Kota Dumai dan Tebing Tinggi. Di kota Dumai Harga sayur sawi biasanya Rp6.000/kg menjadiRp9.000/kg, Bawang merah dari Rp30.000/kg menjadi Rp37.000-Rp38.000/kg, Harga gula dari Rp13.000/kg menjadi Rp18.000/kg, Harga telur dari Rp 39.000/kg menjadi Rp45.000/kg, Harga telur bebek dari Rp60.000 satu papan menjadi Rp66.000 per papan. Kemudian, Di Tebing Tinggi Harga bawang Bombay dari Rp54.000/kh menjadi Rp175.000/kg, Jahe merah dari Rp25.000/kg menjadi Rp50.000/kg, Jahe putih dari Rp10.000/kg menjadi Rp25.000/kg, Bawang merah dari Rp30.000/kg menjadi Rp45.000/kg, Dan gula pasir dari Rp12.000/kg menjadi Rp18/kg.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ir. Musdhalifah Machmud, MT, mengutarakan pada April 2020 bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,13 persen memberikan indikasi penurunan permintaan masyarakat.  Konsumsi pangan pun mengalami penurunan sebesar 20 persen. Konsumsi daging bahkan diperkirakan mengalami penurunan lebih dari 30 persen. Kondisi ini, ucapnya, diantisipasi dengan insentif untuk penguatan petani dan kebijakan penyediaan pangan bagi masyarakat.
Tantangan penyediaan pangan di tahun ini, terangnya, tidak hanya datang dari pandemi Covid-19 yang berpotensi menimbulkan gangguan pada produksi dan distribusi produk pangan dan pertanian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tantangan juga datang dari adanya prediksi musim kemarau yang lebih kering yang dimulai pada bulan Juni yang lalu di daerah pusat produksi pertanian, khususnya di sebagian Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Bali.
Kenaikan harga bahan pokok dikhawatirkan mempengaruhi daya beli masyarakat. Terlebih karena pandemi global Covid-19 telah menyebabkan masyarakat berpendapatan rendah dan pekerja harian mulai kehilangan pendapatan. Dan diharapkan pemerintah menemukan solusi untuk masyarakat dalam penangan kenaikan harga bahan pokok ini.
Pengamat Ekonomi Sulawesi Tenggara, Dr. Syamsir Nur mengemukakan pendapat yaitu untuk menghindari dampak yang lebih buruk, operasi pasar murah dinilai bisa menjadi salah satu solusi agar masyarakat mendapatkan bahan pokok yang dibutuhkan tanpa terlalu terbebani. Menggelar pasar murah juga secara tidak langsung dapat menekan angka inflasi dalam jangka pendek.
Pemerintah juga telah menetapkan sejumlah langkah penyediaan pangan, di antaranya dengan optimalisasi penyerapan gabah atau beras petani oleh Perum Bulog untuk cadangan pemerintah sebagai instrumen stabilisasi harga dan program bantuan sosial masyarakat. Kementerian Pertanian dan BUMN Pangan bekerja sama dalam distribusi dan penyediaan pangan pada daerah defisit stok, serta penyerapan dan fistribusi hortikultura.
Kita berharap masalah kenaikan harga bahan pokok ini cepat selasai dan menemukan solusi yang terbaik. Dan semoga pandemic covid-19 ini cepat menghilang dari Dunia terutama di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun