Mohon tunggu...
Yogie Pranowo
Yogie Pranowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Jakarta

Lahir di Jakarta pada tanggal 8 Juli 1989. Kemudian lulus dari magister Filsafat di Stf Driyarkara tahun 2017. Buku yang sudah terbit antara lain: Perempuan, Moralitas, dan Seni (Ellunar Publisher, 2018), dan Peran Imajinasi dalam Karya Seni (Rua Aksara, 2018). Saat ini aktif menjadi sutradara teater, dan mengajar di beberapa kampus swasta, serta menjadi peneliti di Yayasan Pendidikan Santo Yakobus, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menimbang Ulang Eksistensialisme Lewat "Waiting for Godot"

1 April 2020   10:31 Diperbarui: 1 April 2020   10:29 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Waiting for Godot - ilustrasi pribadi

  are plunged in torment (...)

  established beyond all doubt (...)

  that man (...) for reasons unknown (...) for reasons unknown 

  labors abandoned left unfinished (...) unfinished . . .

 

Kutipan diatas merupakan monolog yang diucapkan oleh Lucky. Pada dasarnya monolog tersebut membicarakan tentang manusia dan Tuhan. Kata given yang mengawali monolog ini dapat ditafsirkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi mengakui. Manusia cenderung membuat asumsi tentang Tuhan dan membuat semacam hipotesis tentang keberadaan-Nya yang seakan begitu pasti, tetapi, pada pihak lain, manusia tidak pernah mampu membuat kesimpulan logis tentang Tuhan. Setiap kali manusia membicarakan tentang Tuhan, ia selalu mengakhirinya seperti yang diucapkan Lucky yakni, for reasons unknown.

 Tidak dapat disangkal, monolog ini adalah sebuah parody. Lucky berbicara tentang Tuhan, tetapi pembicaraannya melebar kemana mana. Ia berbicara seakan tidak akan berhenti. Jika ditinjau ulang, susunan kalimat serta pemilihan katanya, apa yang dibicarakan oleh Lucky dalam monolog ini tidak akan pernah mencapai suatu kesimpulan. Monolog ini dimulai dengan suatu pernyataan yang berbau teologis, yakni given the existence. Namun setelah beberapa kata, muncul kata quaquaquaqua. Qua dalam bahasa latin berarti sebagai. Dalam monolognya, Lucky mengulang kata qua ini sampai lebih dari tiga kali. Pengulangan kata qua dalam monolog ini member kesan seperti bunyi seekor bebek/angsa. Karena munculnya dibelakang kata God, penggunaan kata qua tersebut mungkin dipakai untuk mengejek.

Dalam bahasa Inggris Lucky artinya beruntung, tetapi kenyataannya, ia diperbudak. Antara nama dan nasibnya tidak mengisyaratkan kesesuaian, bahkan bertentangan. Nama, yang mewujud dalam kata, dan nasib yang mewujud dalam perlakuan terhadapnya mengisyaratkan ketidakcocokan.

           

Akhir Kata

Nothing to be done merupakan gambaran ekspresi seseorang yang sedang putus asa. Dalam konteks yang diucapkan oleh Vladimir, nothing to be done berkaitan erat dengan usaha memahami pencuri yang diselamatkan. Dalam hal ini Nampak suatu keseimbangan: ada yang diselamatkan dan ada yang dikutuk. Berbeda dengan Vladimir, tokoh Lucky menunjukkan kepiawaiannya dalam ber"puisi" who from the heights of divine apathia divine athambia divine aphasia loves us dearly with some exceptions for reasons unknown but time will tell...Tuhan itu mencintai kita dengan penuh kasih sayang dari tempatnya yang tinggi tanpa perasaan takut, tanpa penjelasan logis dan tanpa emosi, tetapi dengan perkecualian yang alasannya juga tidak diketahui, baru beberapa waktu kemudian diketahui mengapa terjadi hal yang demikian itu. Tuhan itu mencintai kita dengan penuh kasih sayang, yang artinya ada pencuri yang diselamatkan; tetapi ada juga perkecualiannya, yang artinya ada yang dikutuk tanpa alasan yang jelas. Oleh karena itu, menghadapi misteri ini, timbullah ketidakjelasan akan kepastian yang kemudian ditegaskan dengan tidak segera datangnya Godot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun