Mohon tunggu...
Yoga Utami
Yoga Utami Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

menyemai ilmu di ladang kita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merayakan Lebaran bersama Disabilitas dan Dompet Dhuafa di Selandia Baru

15 Juni 2018   06:26 Diperbarui: 15 Juni 2018   07:34 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan gambar NZ Eid Day

Mudik adalah satu kata kunci saat kita berbincang tentang lebaran. Bagi saya, mudik berarti panggilan hati. Terngiang alunan merdua suara Ibu menyambut sang anak pulang dari rantau, tercium aroma aneka masakan mulai dari rendang, opor, gulai hingga sambel goreng buatan Ibu dan terusik gerak membantu bersih-bersih rumah termasuk membongkar koleksi peralatan makan. Ibu tidak pernah membiarkan ada tamu yang datang tak tersuguhi. Apalagi saat berlebaran.

Tempo itu. Ibu saya telah berpulang menemui Kekasih Tercinta yang Maha Kuasa. Batin ini selalu tergetar jika mengenang semuanya. Lebaran terakhir bersama Ibu seperti tidak ada firasat apa-apa. Kami berjalan kaki bersama, duduk dan sholat di tanah lapang dekat rumah orangtua saya. Itu lebaran kami di tahun 2007. Saat saya cuti pulang mudik. Sekitar sebulan saya kembali di tanah Seram atau 40 hari usai hari lebaran, Ibu berpulang. Masih terlukis senyum Ibu melambaikan tangan saat travel dari kota Solo beranjak mengantarkan aku yang ditemani abang sulungku menuju ke bandara di Surabaya.

Hawa mudik masih kurasakan setelah itu tanpa Ibu yang duduk setia menanti di teras depan. Hingga tiba waktunya, mudik adalah satu penggalan kata yang tak lagi tersentuh olehku. Keinginan itu ada. Kondisi fisik saya ini yang membatasi. Keterbatasan gerak dan serangan rasa sakit yang bisa datang tiba-tiba, membatasi saya untuk mudik. 

Multiple Sclerosis meminta saya tidak terlalu lelah fisik dan pikiran. Gerak fisik juga menjadi terbatas meski sekilas orang mungkin bilang saya tampak sehat wal'afiat. 

Apapun itu, semua adalah nikmat Allah yang semestinya disyukuri. Termasuk merayakan lebaran di negeri orang jauh dari kerabat handai taulan. Di mana pun, saya yakin bumi ini adalah milik Allah dengan para mahlukNya yang juga saling mengasihi.

Hati saya seolah tersenyum penuh haru saat membaca info rencana sholat Id di kota kami, Auckland Selandia Baru. Acara ini diorganisir masyarakat Muslim lintas asal negara. Terbaca: disability access. Inklusif. Bumi ini memang milik Allah. 

Sholat Id akan menggunakan salah satu stadion besar yang kerap dipakai untuk pertandingan rugby, olahraga favorit di sini. Juga akan ada sejumlah stall berjualan aneka makanan halal dari sejumlah negara.

Warga Muslim Indonesia juga berencana mengadakan sholat Id bersama, dengan suasana khas hidangan rendang, opor, gulai, kerupuk juga lontong, biasanya. Dan gratis :) Kami sekeluarga memilih sholat Id bersama warga Indonesia. Imam dan khatib adalah seorang ustadz ambassador dari program Dompet Dhuafa untuk menyemarakkan Ramadan di negeri orang. Pilihan kami juga tidak terlepas dari tempat acara, di hall publik yang memang tersedia untuk disewa masyarakat. Tidak bisa terbayang puteri cantik kami yang menginjak usia 3 tahun datang ke stadion. 

Dan hati ini terketuk lagi saat membaca info penyaluran zakat dan sedekah yang diorganisir Dompet Dhuafa bersama Himpunan Umat Muslim Indonesia di Auckland. Tertera di sana: donasi untuk disability.

Dok Dompet Dhuafa
Dok Dompet Dhuafa
Semoga Ramadan yang kita lalui semakin membawa berkah kebaikan untuk sesama di manapun dan bagaimana pun kondisi kita.

Selamat merayakan Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin. 

Kami yang di Selandia Baru harus bersabar menanti satu hari merayakan lebaran.

Takbir takbir takbir

Tabik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun