Mohon tunggu...
Yoga Utami
Yoga Utami Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

menyemai ilmu di ladang kita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Memutus Mata Rantai Kekerasan

30 Januari 2018   06:04 Diperbarui: 30 Januari 2018   13:25 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini saya rangkai dalam masa duka saya mendalam. Berita kejadian pengeboman bunuh diri di Kabul akhir pekan lalu benar-benar membuat saya histeris dan kehilangan seorang sosok humanis yang saya kenal di kota Auckland, Dokter Hashem Slaimankhel. 

Beliau berasal dari Afghanistan. Semenjak tahun 1978, demikian yang ditulis dalam artikel di laman Newstalkzb mengenang beliau, Dr Hashem telah berkecimpung melayani para pengungsi akibat konflik di negerinya.

Beliau akhirnya tahun 1989 berhijrah ke Selandia Baru, dengan status sebagai pengungsi atau refugee. Dan aktif memberikan layanan kesehatan. Dan beliaupun berstatus dokter tenaga medis untuk para pengungsi. 

Human Right Comissions Selandia Baru dalam ulasan press juga menyatakan kesedihan mendalam dan sangat mengapresiasi almarhum yang saat memulai hijrah harus menempuh dengan berjalan kaki 8 hari ke perbatasan Pakistan dan akhirnya terbang ke Selandia Baru.

Saya pribadi sangat teramat berduka akan kepergian beliau. Beliau memang tengah berkunjung ke Afghanistan untuk urusan keluarga. Seharusnya beliau sudah datang kembali di Auckland kemarin. Kejadian bom itu terjadi sehari sebelum hari tiket terbang kembali ke Selandia Baru. Sangat mengejutkan dan duka tak terkirakan bagi keluarga dan orang-orang yang mengenal sosok bersahaja, egalitarian dan humanis ini. 

Pada ulasan media lokal di sini, selalu tertulis segala kebaikan yang beliau rajut bersama orang-orang yang membutuhkan. Negara Selandia Baru memang menjadi salah satu tujuan yang tepat bagi para pengungsi yang mengalami kekerasan tak menentu di negeri asal. Dan Dr Hashem memahami hal tersebut. Terutama dampak bagi kaum ibu dan anak-anak.

Saya mengenal sosok almarhum secara langsung. Kepedulian beliau sangat agung dan murni. Saya tidak melihat aura kesombongan atau keangkuhan atau senioritas sedikitpun. Beliau berkunjung ke rumah bersama yayasan Ummah Trust yang beliau ayomi. Bertanya langsung kondisi kami. Saya memang tidak berstatus pengungsi. Kondisi kesehatan saya dengan penyakit multiples sclerosis membuat kehidupan saya tidak berjalan dengan normal sesuai rencana yang saya lukis indah sebelumnya. Saya masih harus menuntaskan tesis, menjaga buah hati yang batita dan mendampingi suami yang sempat mengalami kecelakaan fatal dan kehilangan pekerjaan.

Banyak dukungan yang saya terima termasuk dari yayasan Ummah Trust dan Dr Hashem Slaimankhel. Beliau datang mengunjungi unit sewaan kami yang mungil dan di lantai dua. Beliau tidak rikuh menggotong paket sembako untuk kebutuhan kami saat itu. Beliau tidak canggung bermain dengan batita saya, berdendang, menari bahkan menimang-nimang sayang. Saya sempat berkaca-kaca saat itu bahkan sampai kini. Beliau menyimak dengan penuh empati apa yang saya rasakan dan alami dengan beban berat yang menjadi ujian besar kehidupan saya. Saya tidak bisa menampik  saya serasa seorang pengungsi, orang yang membutuhkan dukungan moral, mental juga materiil untuk bertahan dan melanjutkan masa depan.

Sejujurnya, sekali lagi dan barangkali akan berkali-kali saya ungkapkan, saya sangat terluka dengan kepergian mendadak beliau yang teramat tragis. Seorang anggota keluarga beliau menuturkan saat kami mampir sejenak di kediaman beliau yang teduh asri. Lokasi kejadian bom itu sebenarnya tempat teraman. Banyak kantor kedutaan dan badan internasional di sana. Setelah check point pertama lolos, ambulans bom bunuh diri itu pun meledak dahsyat pada check point kedua. Sangat zalim. Islamkah itu? Sama sekali TIDAK. Sekitar 195 orang menjadi korban. Termasuk Dr Hashem. 

Ya Allah, kuatkan kami hamba-hambaMu dengan rasa Pengasih Penyayang. Tidak ada gunanya kekerasan yang hanya menjatuhkan korban yang tidak berdosa. 

Dr Hashem Slaimankhel adalah sosok pemimpin yang peduli dan bertanggung jawab tidak hanya untuk komunitas muslim tetapi juga lintas agama dan budaya di negeri barunya, Selandia Baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun