Mohon tunggu...
Yogaswara F. Buwana
Yogaswara F. Buwana Mohon Tunggu... Freelancer - Pemikir Bebas

Manifesto Kaum Bodo Amat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selama Pendidikan Tinggi Belum Gratis, Mengapa Bangga Menunjukkan Gelar Akademik?

18 Maret 2023   14:24 Diperbarui: 18 Maret 2023   14:33 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gelar akademik merupakan gelar yang diberikan kepada lulusan perguruan tinggi mulai dari D1 sampai S3, misalkan S.Si, S.H., S.Hum., S.E. untuk S1; M.Si, M.H., M.Hum., dan M.E. untuk S2; dan Dr. serta Ph.D untuk S3. Ada pula gelar "profesor" di perguruan tinggi, akan tetapi gelar tersebut bukanlah gelar bagi lulusan level pendidikan tertentu, melainkan gelar bagi jabatan fungsional dosen. Sehingga tidak ada level pendidikan perguruan tinggi yang lulusannya disebut dengan profesor. Kepakaran adalah kunci utama agar seorang dosen menjadi profesor, selain seorang dosen telah lulus pendidikan S3.

Nah, seperti yang telah kita ketahui, fenomena di Indonesia menunjukkan bahwa gelar akademik menjadi umum dipertunjukkan di lingkungan publik yang seringkali tidak berkaitan dengan lingkungan akademik. Misalkan dalam ranah politik, seperti baliho-baliho atau spanduk-spanduk kampanye calon legislatif (caleg) yang tercantum gelar akademik milik si caleg lengkap mulai S1 s/d S3. Tak jarang, gelar akademik juga tercantum dalam undangan acara pernikahan, dengan alasan untuk menghargai tingkat pendidikan pengantin, karena biaya kuliah tidak murah dan perjuangan untuk lulus kuliah juga tidak mudah. Pada akhirnya gelar akademik menjadi penanda status sosial baru dalam masyarakat.

Sebenarnya tidak ada masalah apabila kita memutuskan untuk menulis gelar akademik secara lengkap dimanapun kita berada. Itu adalah bentuk kepuasan tersendiri, karena kita telah berhasil lulus di level pendidikan tinggi dengan penuh perjuangan. Atau mungkin apabila masyarakat dan lingkungan sekitar kita mempertanyakan keahlian kita, maka kita bisa mencantumkan gelar akademik misalkan dalam pemilihan pengurus RT atau RW. Namun apakah kita tidak malu mencantumkan satu atau sederet gelar akademik di dalam kondisi pendidikan tinggi masih bayar ?.

Kita tentu pernah mendengar seorang filsuf yang sering muncul di TV, Rocky Gerung mengatakan "Ijazah itu tanda anda pernah sekolah, bukan tanda anda pernah berpikir". Dari pernyataan Rocky Gerung di atas, kita dapat memaknai bahwa gelar akademik itu adalah tanda bahwa kita pernah kuliah namun bukan tanda bahwa kita pernah berpikir. Jadi artinya gelar akademik itu tidak menjadi penentu utama kecerdasan dan kemampuan seseorang, apalagi di Indonesia kuliah tidak gratis seluruhnya, berbeda dengan sekolah dasar dan menengah yang gratis. Sehingga tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu ke perguruan tinggi karena faktor ekonomi. Kita seharusnya malu untuk mencantumkan gelar akademik di lingkungan non akademik, karena mungkin di sekitar kita banyak yang lebih cerdas dari kita namun tidak memiliki kesempatan kuliah karena masalah ekonomi. Artinya bisa jadi kita mendapatkan gelar akademik karena kita banyak tertolong oleh keadaan ekonomi yang mapan dibandingkan mereka yang tidak kuliah karena tidak mampu secara ekonomi. Dengan demikian bagaimana perasaan kita apabila orang mengatakan "elu mampu mendapatkan gelar akademik karena kebetulan orang tua elu kaya" ?.

Mungkin kita bisa membantah pendapat di atas dengan mengatakan bahwa kita mendapatkan beasiswa selama kuliah di perguruan tinggi dengan perjuangan yang keras, sehingga bukan semata-mata berdasarkan pada kekayaan orang tua. Akan tetapi pendapat tersebut juga kurang kuat, karena jumlah kuota beasiswa juga terbatas, plus beasiswa juga memiliki persyaratan tertentu yang tidak semua orang dapat memenuhi persyaratan tersebut, misalkan syaratnya nilai akademiknselama sekolah menengah bagus, apakah mereka yang nilainya kurang bagus selama sekolah menengah sudah pasti akan gagal di perguruan tinggi sehingga tidak berhak mendaftar beasiswa ?.  Oleh sebab itu kebijakan kuliah gratis bagi seluruh mahasiswa di negeri ini lebih baik daripada kita memberikan beasiswa kepada sekelompok orang dengan persyaratan tertentu. Nanti bagi mahasiswa yang terbukti berprestasi di perguruan tinggi bisa diberikan tunjangan dengan jumlah tertentu.

Nah, apabila dasarnya kuat yakni telah ada kebijakan kuliah gratis bagi semua orang di negeri ini, maka kompetisi di perguruan tinggi akan berlangsung lebih adil, karena semua orang yang kuliah tidak perlu 100% memikirkan biaya kuliah, jadi mereka bisa lebih fokus ke bidang akademik. Dengan demikian penulisan gelar akademik di lingkungan non akademik, lebih bisa diterima, karena penulisan gelar akademik tersebut berasal dari usaha keras yang berdasarkan kompetisi setara. Sehingga hal tersebut akan meminimalisir kemungkinan orang akan mengatakan bahwa kita mendapatkan gelar akademik hanya berdasarkan kebetulan saja. Selain itu, apabila kebijakan kuliah gratis bagi semua orang di negeri ini diterapkan oleh pemerintah,maka kecemburuan sosial tidak akan terjadi, sebab pilihan kuliah dan bukan kuliah akan menjadi pilihan bebas bagi setiap lulus sekolah menengah sesuai bakat dan minatnya, bukan karena pilihan mendesak yang bersumber dari masalah ekonomi keluarga.

Jadi kita dapat menarik kesimpulan, bahwa judul tulisan ini yang berupa pertanyaan "Selama Pendidikan Tinggi Belum Gratis, Mengapa Bangga Menunjukkan Gelar Akademik ?", lebih cenderung untuk menyadarkan kita mengenai etika yang harus kita jaga agar tidak terjadi kecemburuan sosial. Etika tersebut berupa rasa malu mencantumkan  gelar akademik selama pendidikan tinggi belum gratis seluruhnya. Lagipula gelar akademik juga tidak memberikan kita hak istimewa layaknya gelar-gelar bangsawan di masa feodal. Sebaliknya gelar akademik justru menuntut kita untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar, terutama berkontribusi pada mereka yang tidak sempat merasakan bangku kuliah karena faktor ekonomi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun