Dari sudut ruang tenang langit memburam
Menistakan netra yang meratapinya
Dengan lentera seekor elang membentangkan lencana
Di atas gema badai sunyi
Ketika pijar semerbak hilangÂ
Terlontar oleh camar-camar yang datang esok hari
Hanya angin hujan yang mengguyur setiap genderang
Mengikatnya dalam keruh sungai menyingsing
Penjara yang mengalir lebih mengangaÂ
Apalah arti lembaran air dari mendung
Dia membasahi tanpa adanya pukulan beku
Musim esok hari akan menyemaikan dedaunan dari hutan yang telah luntur
Menumbuhkan jamur di persemaiannya
Yang hilang adalah sudut lembayung di bawah jemari pepohonanÂ
Entah kemana dia beranjakÂ
Apakah ke relung samudera yang membungkamnya
Ataukah ke mahkota cakrawala yang membebaskannya
Atau sudah lenyap terjerembab di balik batuan berapi
Jangan katakan musim semi disini
Lembah tropismu tidak akan mengizinkan musim itu datang
Tatapan harapan hanya pada lumut yang serampangan mengekor di batang pohon
Di atasnya rerobohan rumah kayu dengan atap terkoyak
Apa artinya itu ?.
Impian itu telah lenyap
Mungkin alam menginginkan musim gugur datang
Dimana reruntuhan daun kering menyelimuti perjalanan
Riak udara yang mengawal jejak
Hingga hentakan kakinya terasa redam
Dimana binar akan mengikutinya ?
Daripada berendam di dalam ocehan lumpur
Impian itu memang telah berkelanaÂ
Menuju tempat pembantingan hasta
Sementara hayalan mulai meredam
Apakah kau berpikir bisa berbaring di Padang rumput ?
Dimana domba-domba berhamburan mengelilinginya
Suatu lapangan tanpa musim yang mengubah makna
Dan dirimu bercerita lara disana
Tentang impian yang telah kau pendam
Setibanya gelombang bulan membasuh
Menceritakan tentang kisah yang terlupakan
Dan pandang hanya melamunkan gemintang
Sampai larut termukim dalam kelam
Tunggu itu sampai cahayanya datang lagi