Mohon tunggu...
Yogaswara F. Buwana
Yogaswara F. Buwana Mohon Tunggu... Freelancer - Pemikir Bebas

Manifesto Kaum Bodo Amat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Impian yang Lenyap

7 Desember 2021   16:18 Diperbarui: 7 Desember 2021   16:33 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari sudut ruang tenang langit memburam

Menistakan netra yang meratapinya

Dengan lentera seekor elang membentangkan lencana

Di atas gema badai sunyi


Ketika pijar semerbak hilang 

Terlontar oleh camar-camar yang datang esok hari

Hanya angin hujan yang mengguyur setiap genderang

Mengikatnya dalam keruh sungai menyingsing

Penjara yang mengalir lebih menganga 


Apalah arti lembaran air dari mendung

Dia membasahi tanpa adanya pukulan beku

Musim esok hari akan menyemaikan dedaunan dari hutan yang telah luntur

Menumbuhkan jamur di persemaiannya


Yang hilang adalah sudut lembayung di bawah jemari pepohonan 

Entah kemana dia beranjak 

Apakah ke relung samudera yang membungkamnya

Ataukah ke mahkota cakrawala yang membebaskannya

Atau sudah lenyap terjerembab di balik batuan berapi


Jangan katakan musim semi disini

Lembah tropismu tidak akan mengizinkan musim itu datang

Tatapan harapan hanya pada lumut yang serampangan mengekor di batang pohon

Di atasnya rerobohan rumah kayu dengan atap terkoyak

Apa artinya itu ?.

Impian itu telah lenyap


Mungkin alam menginginkan musim gugur datang

Dimana reruntuhan daun kering menyelimuti perjalanan

Riak udara yang mengawal jejak

Hingga hentakan kakinya terasa redam


Dimana binar akan mengikutinya ?

Daripada berendam di dalam ocehan lumpur

Impian itu memang telah berkelana 

Menuju tempat pembantingan hasta

Sementara hayalan mulai meredam


Apakah kau berpikir bisa berbaring di Padang rumput ?

Dimana domba-domba berhamburan mengelilinginya

Suatu lapangan tanpa musim yang mengubah makna

Dan dirimu bercerita lara disana

Tentang impian yang telah kau pendam


Setibanya gelombang bulan membasuh

Menceritakan tentang kisah yang terlupakan

Dan pandang hanya melamunkan gemintang

Sampai larut termukim dalam kelam

Tunggu itu sampai cahayanya datang lagi


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun