Mohon tunggu...
Yoga Purnama Sari
Yoga Purnama Sari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Gemar akan keindahan

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Adegan-adegan Tarian pada Pertunjukan Reog Ponorogo dan Bentuk-bentuk Gendingnya

8 Desember 2022   08:05 Diperbarui: 8 Desember 2022   08:08 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penari jathilan beraksi di depan sosok Singa Barong dalam pertunjukan Reog Ponoroo. (Foto: Aini Record) 

Telah diuraikan di atas, bahwa yang dimaksud tari lengkap merupakan tari yang melibatkan beberapa unsur (figur) tari. Dalam komposisi reog festival, tari lengkap mengarah pada adegan pertarungan (tarung), baik pertarungan antara dhadhak-merak (apabila terdapat lebih dari satu dhadhak merak; menggambarakan dhadhak merak yang sedang bercengkrama, representasi dari kegarangan figur Singa Barong), maupun pertarungan pihak Bantarangin (Klana Sewandana) melawan Singa Barong, dimulai dari pasukan berkuda (jathilan), lalu patih Bujang Ganong, dan Prabu Klana Sewandana yang berakhir dengan kekalahan Singa Barong berkat senjata pusaka pecut Samandiman.

Di tengah-tengah adegan pertempuran pasukan jathilan melawan Singa Barong,  terdapat adegan bejegan atau edreg, yakni prajurit jathilan sedang mbejeg (menggoda) dengan gerak tarian yang feminim dari jathilan (yang sejak akhir tahun 1980-an diperankan oleh penari wanita). Baik adegan pertarungan maupun adegan tari edreg atau edregan, gending pokok yang digunakan ialah sampak. Hanya saja, sebagai peralihan atau singgetan (sekat) dalam rangka 'menaikkan' suasana, musik berubah menjadi gending obyog. Gending obyog juga berfungsi penting dalam adegan klimaks pertempuran atau pertarungan ini, yaitu ketika Klana Sewandana mengalahkan Singa Barong atau dhadhak-merak dengan cambuknya yang bernama Kyai Samandiman.

Penggunaan gending sampak untuk adegan-adegan pertarungan tersebut terjadi dengan pertimbangan bahwa bentuk sampak merupakan gending yang menghasilkan suasana tegang. Meskipun demikian bukan berarti gending sampak hanya memiliki karakter tegang. Pada kenyataannya, sampak juga digunakan untuk musik tari jatilan, yang cenderung berkarakter lincah dan mempesona. Hal ini yang berperan adalah penerapan irama dan motif permainan kendang yang dapat membuat suasana tertentu, dalam satu bingkai: gending sampak.

  • Tari Iring-Iring

Tari iring-iring dalam pertunjukan kesenian Reog Ponorogo sebenarnya adalah penampilan kirab atau iring-iringan seluruh karakter tarian dalam Reog Ponorogo secara lengkap, mulai dari Klana Sewandana (raja), Bujang Ganong atau ganongan (patih), pasukan berkuda atau jathilan, barisan para warok, dan paling belakang adalah sosok Singa Barong. Gending yang digunakan pada tari iring-iring ialah panaragan dan patrajayan, serta sering juga diawali, diselingi, atau diakhiri dengan gending obyog. Dalam konsep pertunjukan reog yang berbentuk sendratari, seperti pada reog festival dengan bentuk tarian baku, bagian tari iring-iring menggambarkan sebuah kirap atau arak-arakan atau iring-iringan Prabu Klana Sewandana diikuti Bujang Ganong, pasukan jathil, para warok, dan tidak ketinggalan juga dhadhak merak (Singa Barong) yang telah takluk pada pihak Klana Sewandana. Bagian ini merupakan akhir sajian dengan nuansa kemenangan. Sebenarnya dalam konteks cerita yang dibawakan, raja Klana Sewandana masih akan melanjutkan misinya mempersunting atau mendapatkan sutri pujaannya: Dewi Sanggalangit.

Komposisi Pertunjukan Reog Ponorogo Format Obyogan

Dalam pertunjukan reog obyogan, (format pertunjukan reog yang bukan di panggung festival), tari iring-iring merupakan prosesi ritual wajib yang harus diadakan. Sesi adegan iring-iring ini, dalam pertunjukan reog obyogan justru benar-benar sebagai iring-iring (arak-arakan) atau kirab (pawai) yang nyata, sebab semua unsur termasuk unsur gamelan-pengrawit serta segenap 'kanca reog' (orang-orang yang melibatkan diri bergabung dengan rombongan pelaku pertunjukan reog) benar-benar berjalan berarak-arakan (iring-iringan). Berangkat dari konsep iring-iringan inilah kemudian muncul istilah tari iring-iring. Bahkan, kadang-kadang seniman reog di daerah tertentu menjadi latah dengan menyebut gending panaragan dengan sebutan gending iring-iring, sebab gending panaragan boleh dikatakan sebagai gending pokok pada sajian tari iring-iring.

Pada pertunjukan reog obyogan, selain prosesi iring-iring (iring-iring atau arak-arakan yang sebenarnya), terdapat bentuk tari yang disebut dengan iker dan gambyongan. Pada sesi iker, bisa saja disajikan tari baku, seperti tari ganongan jathilan, barongan, adegan pertarungan (tari lengkap), edreg, dan sebagainya. Formatnya lebih bebas dan fleksibel. Bentuk gending yang digunakan tak jauh berbeda dengan yang diuraikan di atas. Sebab, kemasan tari baku (tari reog yang dibakukan) tentu saja muncul belakangan, sementara format pertunjukan yang disebut reog obyogan telah ada lebih dahulu. Sehingga dapat diindikasikan bahwa konvensi panggunaan gending dalam reog baku banyak merujuk pada penggunaan gending pada reog obyogan. Sebagai contoh misalnya tari ganongan atau klana selalu menggunakan gending kebogiro. Bagian tari jathilan serta tari barongan, yang dalam istilah tari baku disebut tari lepas barongan, menggunakan tabuhan sampak sebagai gending pokok. Demikian juga pada adegan pertarungan  dan edreg, juga menggunakan gending pokok sampak. Pada bagian tertentu atau untuk peralihan, digunakan bentuk obyog  (suasana yang klimaks, naik, sigrak atau bersemangat), dan bentuk panaragan (merupakan peralihan yang menimbulkan suasana anti-klimaks atau menurun, sareh/tenang, namun berwibawa). 

Selain iring-iring dan/atau iker, ada bagian gambyongan. Bagian ini menggunakan gending panaragan, yang memang merupakan gending reog yang dinilai paling fleksibel untuk mewadahi tembang-tembang atau lelagon (lagu-lagu) seperti yang sering disajikan dalam musik campursari. Bagian gambyongan adalah sesi adegan menari atau berjoget secara bebas, spontanitas, dengan nuansa gembira. Yang tampil biasanya penari jathil, ganong, warok, atau para penonton. Bisa dikatakan bahwa ini adalah sesi bersuka-ria. Namun dalam konteks ritual di pedesaan, sesi gambyongan pada pertunjukan Reog Ponorogo juga bermakna sakral, seperti halnya  kesenian tayub atau tayuban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun