Mohon tunggu...
Yoga Purnama Sari
Yoga Purnama Sari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Gemar akan keindahan

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Musikal Reog Ponorogo: Sederhana atau Tidak Sih?

7 Desember 2022   13:45 Diperbarui: 7 Desember 2022   13:46 1638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua (2) dhadhak merak-barongan pada sebuah pertunjukan Reog Ponorogo di Wonogiri oleh grup reog setempat. (Dokpri)

Dengan kendhangan (bunyi permainan kendhang) yang sigrak (dinamis), sajian tersebut telah mencitrakan keinginan para musisi, bahwa mereka merasa telah menyajikan musik 'reogan'. Fakta yang telah membudaya ini menunjukkan adanya asumsi bahwa musik Reog Ponorogo hanya begitulah adanya. Sejumlah aspek musikalitas pada musik Reog Ponorogo sering luput dari perhatian, misalnya: ragam bentuk dan pola permainan gending, instrumentasi, dan sebagainya.

Musik reog bahkan dianggap sebagai musik yang menjemukan, 'miskin', bahkan kuno, primitif, dan sebagainya. Santosa pernah menyebutkan bahwa musik  reogan "... pernah diberi stigma sebagai musik kuno, primitif, dan tidak beradab karena musik tersebut dianggap tidak mempunyai struktur, tidak mempunyai sejarah, dan tidak didasari atas konsep baik musikal maupun sosial".[1] 

Menurut pengamatan penulis, memang secara historis diduga kuat bahwa pada pada mulanya musik Reog Ponorogo memiliki pola permainan musik yang amat sederhana. Namun, seiring dengan perkembangan jaman, terutama yang sangat jelas dilacak mulai dekade tahun 1980-an dan 1990-an. Lalu, mulai abad ke-21 sangat terjadi perkembangan musikalitas Reog Ponorogo yang amat signifikan.

Perkembangan Reog Ponorogo, khususnya pada aspek musik, masih sulit dilacak, apalagi menentukan periodisasinya. Hal ini dikarenakan perkembangan musik reog sebelum adanya Festival Reog Nasional (FRN) tahun 1995, berjalan sangat alamiah dengan tradisi oral yang jarang atau bahkan tidak dapat dijumpai sumber dan bukti otentik yang menerangkannya. 

Tetapi yang jelas, setelah mengalami rentang waktu yang panjang, dapat dikatakan bahwa pada musik reog saat ini telah memiliki suatu 'konvensi' yang secara tradisi 'dibuat' sekaligus dipatuhi oleh seniman-seniman (musisi) reog. Di sinilah peneliti sering menggunakan istilah 'konvensional' untuk menyebut garap musik atau tabuhan tradisi Reog Ponorogo yang hingga kini ditaati para seniman reog, sehingga menjadi ciri khas musik Reog Ponorogo.

Setelah Reog Ponorogo mulai masuk panggung seni pertunjukan modern, musik Reog Ponorogo mulai mengalami perkembangan pesat, sejalan dengan perkembangan keseluruhan unsur pertunjukannnya sendiri. 

Perkembangan ini ditandai dengan mulai diadakannya festival-festival Reog Ponorogo. Pada tahun 1980-an diadakan festival reog untuk pertama kalinya di Ponorogo. Hal ini membawa pengaruh yang cukup berarti bagi perkembangan seni pertunjukan Reog Ponorogo beserta semua aspek-aspeknya. Perkembangan reog terjadi secara 'lebih besar' lagi sejak adanya festival reog dengan tajuk: Festival Reog Nasional (FRN) di Ponorogo. 

Festival yang menjadi agenda rutin Ponorogo ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 1995. FRN ini turut membawa dampak yang sangat besar bagi perjalanan kehidupan seni reog di berbagai aspek, termasuk dalam aspek pertunjukannya (di dalamnya termasuk sisi musiknya).

Berdasarkan sejumlah data dan sumber, sampai tahun 1990-an belum dijumpai kreasi dan variasi garapan dan komposisi musik yang terlalu beragam pada reog kemasan festival. Saat itu, keseluruhan dari garapan musiknya berbentuk garap  'tradisi' atau garap 'konvensional'. Baru setelah FRN berjalan beberapa kali, terutama pada akhir dekade tahun 2000-an, musik Reog Ponorogo telah banyak dimasuki atau disisipi unsur-unsur dari musik lain, seperti musik dangdut, reggae, hip-hop, dan sebagainya. Pembaca yang budiman bisa crosscheck di youtube. 

Meskipun kreasi dan variasi garap musik Reog Ponorogo sebegitu rupa, tetapi musik atau gendhing Reog Ponorogo garap 'tradisi-konvensional' tetap mempunyai kedudukan tersendiri dalam suatu komposisi musik Reog Ponorogo, baik pertunjukan format/kemasan festival maupun obyogan. 

Pertunjukan Reog Ponorogo kemasan festival adalah format pertunjukan lengkap, baik karakter dan unsur tariannya maupun alur cerita (drama) yang dibawakan, yang lazim dipertunjukkan pada festival-festival reog, terutama FRN. Adapun pertunjukan Reog Ponorogo format obyogan merupakan bentuk pertunjukan Reog Ponorogo secara konvensional, lebih sederhana, apa adanya, tidak forma dan tidak harus lengkap, serta penuh improvisasi dalam penampilan dan sajiannya, baik dalam hal tarian mapun musiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun