Mohon tunggu...
I Putu Yoga Purandina
I Putu Yoga Purandina Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Jurusan Dharma Acarya STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Aktif dalam penelitian bidang pendidikan dan pengajaran bahasa terutama bahasa Inggris untuk Anak, Pendidikan berbasis Cerita Anak, Pendidikan Karakter, Kesantunan Bertutur Kata, Literasi Digital untuk Anak, Serta aktif membahas isu aktual baik sosial dan budaya. www.purandinacollege.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nasib Anak di Masa Pandemi COVID 19: Keriangan yang Terbelenggu

24 Juli 2021   01:00 Diperbarui: 24 Juli 2021   01:43 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Setelah Indonesia merdeka didirikanlah Konggres Wanita Indonesia (Kowani). Dalam konggres inilah embrio peringatan hari anak nasional mulai dicetuskan untuk diperingati. Bertepan dengan hari diadakannya konggres ini sekaligus sebagai tanggal peringatan Hari Anak Nasional. Memang belum disahkan ketika itu, tanggal bersejarah bagi kemuliaan anak-anak di Indoensia ini baru disahkan ketika Presiden Soeharto menjabat, yang disahkan melalui Undang-undang tentang kesejateraan anak pada tanggal 23 Juli 1979. Memang sebuah proses yang alot namun semangat pemuliaan anak-anak di Indonesia terus mengalir, bahkan samapai kini.

Adapun tujuannya, tentu sebagai pemuliaan dan pengingat akan pentingnya pemenuhan hak anak untuk generasi penerus bangsa yang gemilang. Anak merupakan generasi penerus yang harus dijamin pertumbuhan dan perkembangannya. Pemenuhan segala hak anak juga menjadi sebuah prioritas yang harus dilakukan secara integrasi. Semua pihak haruslah bersinergi untuk mengoptimalkan anak-anak Indonesia menjadi anak yang cerdas, berkerater, dan patriot membela bangsa dan negara hingga mereka telah dewasa nanti. Anak merupakan sambungan jiwa, kekuatan, cita-cita negeri ini. Sudah sepatutnya anak menjadi prioritas banngsa ini untuk sebuah cita di masa yang akan datang.

Di masa kanak-kanak ini, undang-undang mengisaratkan dari yang masih  dalam kandungan sampai yang belum berumur 18 tahun bisa disebut sebagai seorang anak atau belum dewasa. Pada masa-masa ini tumbuh kembang anak terjadi sangat pesan. Bahkan terjadi masa perkembangan anak (Goden Age) yaitu meliputii seribu hari pertama anak dari semenjak mereka berada dalam kandungan. Pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat ini meliputi perkembangan anggota organ tubuh, bentuk fisik, serta perkembangan otak anak. Pertumbuhan ini haruslah optimal yaitu meliputi peningkatan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.

Dalam tahap ini, orang tua perlu untuk melakukan pemantauan, terutama mengenai status gizi anak untuk mendukung pertumbuhan fisiknya secara optimal. Dalam tahap ini, anak yang mengalami lima jenis perkembangan antara lain: Motorik kasar, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan gerakan tubuh dalam menggunakan otot besar, baik sebagian besar maupun seluruh anggota tubuh. Motorik halus, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan fisik yang melibatkan koordinasi mata, tangan, dan otot-otot kecil. Kognitif, yaitu kemampuan anak dalam mengolah dan mengelompokkan sesuatu yang tampak oleh inderanya. Bicara, yaitu perkembangan bicara seorang anak yang meliputi berceloteh (cooing) saat usia 2-3 bulan, mengoceh (babbling) saat usia 6-9 bulan, dan telah memahami kosa kata dan perintah hingga kalimat seiring pertumbuhan usia. Interaksi sosial, yaitu perkembangan anak dalam melakukan interaksi terhadap orang dan lingkungan sekitarnya.

Kemudian anak membutuhkan ruang untuk berinterasi dengan lingkungannya. Menurut teori kognitf maupun kontruktivisme, perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana anak melakukan berbagai tinndakan atau respon atas stimulus atau ransangan yang diberikan oleh lingkungan. Lingkungan dapat berupa orang, benda, serta kondisi yang terjadi dalam sebuah ekosistem. Anak sampai remaja akan selalu belajar dari lingkungannya, baik dilakukan secara sengaja ataupun tidak disengaja. Semakin banyak anak mendapatkan rangsangan dari lingkungannya, semakin banyak pula anak dapat melakukan tindakan yang dapat menyesuaikan dirinya atau dapat mencari solusi atas permasalahan yang ditemukan di luar dirinya.

Maka dari itu anak membutuhkan lingkungan yang baik dan dapat menyokong tumbuh kembang anak secara optimal. lingkungan yang dapat menantang  dan membuat anak semakin tertarik akan hal-hal baru, menumbuhkan rasa penasaran, namun sesuai dengan batasan-batasannya. Anak haruslah diberikan keleluasaan dalam mencoba hal baru serta mengekpresikan emosionalnya. Ruang menjadi sangat penting dalam tumbu kembang anak. Ruang untuk bermain dan belajar mengenai hal baru sehingga anak akan semakin mampu dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialami terhdap lingkungannya. Inilah yang perlu disiapkan oleh orang dewasa atau semua pihak, baik orang tua atau keluarga, masyarakat, serta pemerintah. Ruang terkecil adalah lingkungan keluarga, kemudian lingkungan masyarakat yaitu bagaimana mereka berinteraksi dengan tetangga dan orang-orang di daerahnya, kemudian lingkungan sekolah yaitu tempat mereka menuntut ilmu.

Hal inilah pada Pandemi COVID ini sekan terampas dari anak-anak kita. Terjadinya pembatasan di mana mana. Membuat berbagai fasilitas public mengalami penutupan. Bahkan untuk sekolah telah dilakukan Leraning from Home (LFH). Memang belajar dari rumah sejauh ini dapat dilakukan dengan lancar, namun kita lupa akan berbagai hal yang mustahil dilakukan secara jarak jauh memlalui daring. Yang luput itu adalah interaksi anak dengan lingkungannya. Anak hanya dapat berinterasi dengan lingkungan keluarga  di dalam rumah saja. pemerolehan nilai-nilai karakter pula menjadi agak terbatas yaitu di lingkungan keluarga saja. Anak tidak dapat melakukan interaksi dengan teman, dengan guru, ataupun dengan berbagai orang yang ada di daerahnya.

Sehingga perkembangan anak yang sejatinya mengandalkan interaksi anak itu sendiri dengan lingkungan menjadi agak mengkhawatirkan. Secara teori, sosial emosional anak tidak akan optimal jika anak berada di rumah saja. Ruang untuk melakuka gerak dan ekspresi anak menjadi terbatas. Anak akan menjadi mudah bosan, kurang motivasi, serta strest. Keceriaan anak seaakan terbelenggu oleh keadaan ini. memang bukan salah siapa-siapa dan memang inilah yang terbaik saat ini  bagi kesehatan anak sendiri. Kesehatan anak memang menjadi prioritas saat in. Hal ini haruslah dihindari dan dicarikan jalan keluar.

Di sinilah peran orang tua menjadi vital. Bagaimana tidak, orang tua seakan dibebankan atas semua permasalahan ini. Membutuhkan tenaga ekstra dari orang tua dalam mengoptimalkan perkembangan anak di masa Pandemi COVID-19 ini Orang tua selain menjalankan tugas sebagai rutinitas orang tua sebabagaimana mestinya, dibebankan pula tugas sebgai guru dan sebagai fadilitator untuk memastikan kondisi lingkungan senyaman mungkin sehingga anak menjadi betah di rumah. Orang tua juga harus menciptakan kondisi seperti layaknya anak berinteraksi dengan lingkungan luar. Orang tua menjadi fasilitator bagaimana anak dapat berinteraksi dengan lingkungan luar. Dapat dikatakan sebagai perantara dalam hal ini.

Memang tidak dapat dibebankan kepada guru begitu saja. Perlu adanya sinergi yang terintegrasi dengan bebagai pihak. Guru harus memberikan penekanan dan komunikasi yang baik kepada oran tua, supaya orang tua dapat memahami dan memiliki kemampuan bagaimana mengkondisikan anak untuk tetap beriteraksi seperti bagaimana layaknya ketika dalam keadaan normal. Rutinitas belajar dan bermain haruslah tetap dijaga untuk perkembangan anak yang lebih optimal. Pemerintah juga harus memberikan solusi terbaik untuk kondisi ini, memberikan fasikitas yang dapat mendukung upaya penumbuhkembangan anak. Terlebih pemerintah saat ini mengupayakan anak Indonesia yang cerdas terliterasi, gembira dengan asah, asih, asuh, sehat dan gembira, cerdas, kreatif dan informative, serta resiliensi tangguh dengan kasih sayang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun