Mohon tunggu...
I Putu Yoga Purandina
I Putu Yoga Purandina Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Jurusan Dharma Acarya STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Aktif dalam penelitian bidang pendidikan dan pengajaran bahasa terutama bahasa Inggris untuk Anak, Pendidikan berbasis Cerita Anak, Pendidikan Karakter, Kesantunan Bertutur Kata, Literasi Digital untuk Anak, Serta aktif membahas isu aktual baik sosial dan budaya. www.purandinacollege.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema Penilaian Akhir Semester (PAS) saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

12 Desember 2020   09:30 Diperbarui: 12 Desember 2020   09:48 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di awal bulan Desember ini, para guru lumayan disibukkan dengan Penilaian Akhir Semester. Tanpa terasa Pembelajaran Semeseter Ganjil Tahun Pelajaran 2020/2021 ini telah sampai di ujung semester dimana para guru harus segera menyelesaiakan semua proses penilaian yang biasanya ditandai dengan Penilaian Akhir Semester (PAS). Penilaian sendiri telah diatur pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Peraturan ini jelas mengatur mengenai keseluruhan proses penilaian dalam pembelajaran.

Pada peraturan tersebut terdapat seluruh aturan mengenai penilaian baik mengenai ruang lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian peserta didik. Lebih klanjut ditekankan pula tiga aspek penilaian untuk pendidikan dasar dan menengah yaitu penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikap merupkan informasi deskriftif mengenai perilaku perserta didik. Penilaian pengetahuan merupakan hasil pengukuran penguasaan pengetahuan peserta didik. Sedangkan penilaian keterampilan merupakan kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.

Prinsip penilaian haruslah sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, serta akuntabel. Prinsip-prinsip ini haruslah mampu dipegang oleh seorang guru dalam merancang sebuah penilaian yang digunakan dalam pembelajaran itu sendiri. Sehingga dengan kata lain penilaian merupakan kegiatan yang memerukan sebuah prinsip kehati-hatian yang tidak dapat dilakukan secara sembarangan.

Untuk menjalankan peraturan tersebut para guru telah melaksanakan dengan baik setiap peraturan yang diaplikasikan dalam proses penilaian dalam pembelajaran di sekolah. Namun uniknya pembelajaran  pada semester ganjil Tahun Ajaran 2020/2021 sangatlah berbeda dengan pembelajaran sebelumnya. Pandemi COVID-19 mengharuskan siswa untuk Belajar dari Rumah (BDR). Dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), siswa selama satu semester ini melakukan pembelajaran secara daring (online), luring, serta kombinasi disesuaikan dengan kondisi daerah dan keadaan siswa sendiri.

Sekelumit permasalahan memang menjadi tantangan sendiri. Baik dari sarana dan prasarana pendidikan itu sendiri, dimana membutuhkan perangkat IT dan jaringan internet. Kesiapan guru dan siswa dalam pembelajaran jarak jauh juga menjadi sorotan. Banyak guru dan siswa yang malah mengalami kebuntuan dalam pembelajaran jarak jauh. Sulitnya guru dalam mengemas pembelajarannya sehingga dapat diterima dan difahami oleh siswa. Ketidakmapuan guru dalam mengausai Teknologi Informasi juga menjadi salah satu penyebab. Siswa juga belum terbiasa melakukan PJJ ini karena mengahruskan siswa lebih banyak belajar secara mandiri.

Sehingga proses penilaian akan menjadi lebih sulit dilakukan pada PJJ, pada masa Pandemi COVID-19 ini. Hal yang paling mendasar ialah sulitnya guru memantau perkembangan siswa secara jarak jauh. Pembelajaran yang dirancang menitikberatkan pada kegiatan pun lumayan susah dipatau. Apalagi kegiatan yang semata-mata menitikberatkan pada teori-teori saja. hal ini akan sulit untuk dilakukan. Walauapun pembelajaran dengan menitikberatkan pada teori-teori bisa dengan mudah dibaca begitu saja oleh siswa di dunia maya, namun hal ini sebenarnya kurang efisien untuk perkembaangan anak. Di samping itu proses penilaian dengan mengukur penguasaan pengetahuan siswa semata akan sulit mendapatkan hasil yang akuntabel.

Banyak ditemukan fenomena dimana orang tua terlibat terlalu jauh dalam PJJ. Orang tua yang semestinya hanya sebgai pendamping siswa dalam belajar, sebagai jembatan anatar guru dan siswa. Namun yang terjadi malah orang tua ikut serta dalam proses pembeljaran. Orang tua yang sibuk belajar, menjawab soal, mengerjakan tugas siswa, hingga menjawab soal ulangan/ujian siswa. Inilah menjadi permasalahan berikutnya dalam penilaian ini. Informasi penilaian yang diperoleh oleh guru menjadi tidak valid dan akuntabel.

Penuh perjuangan memang di masa pandemi COVID-19 ini guru telah berusaha melakukan berbagai cara menerapkan berbagai metode, strategi, maupun teknik pengajaran yang sesuai dan efektif bisa diterima oleh siswa yang sebagaian besar tidak dapat bertatap muka secara langsung. Memang PJJ bukanlah pembelajaran yang terbaik, namun inilah yang baik dilakukan untuk saat ini demi memutus rantai penyebaran COVID-19. Mas Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim juga telah menekankan bahwa PJJ dilakukan agar pendidikan tetap hadir, khususnya bagi anak-anak usia sekolah dalam suasan yang meneyenangkan dan aman.

Inilah yang harus dipahami oleh para guru, tidak harus dipakasakan dengan menggunakan kurikulum 2013 yang telah dipakai sebelumnya untuk pembelajaran di sekolah. Di samping itu, guru harus mampu merancang sebuah pembelajaran yang berbasis kegiatan atau aktifitas. Kegiatan yang menitikberatkan pengenalan dan penguatan soft skill dan pendidikan karakter. Guru harus mampu mengemas pembelajaran yang efektif penuh dengan nilai-nilai karakter dan pembiasaan softskill. Pola sebelumnya yang menitikberatkan pada aspek pengetahuan, haruslah dirubah dengan balutan kegiiatan yang lebih menkankan pada keterampilan dan sikap.

Guru merancang kegiatan pembelajaran yang sejalan dengan proses penilaiannya. Merancang setiap indikator pembelajaran ke dalam kegiatan yang dapat dengan mudah dilakukan dan menyenangkan selama siswa berada di rumah bersama keluarganya. Intruksi-intruksi yang diberikan guru haruslah mampu menggerakkan siswa sehingga dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menyenangkan dan mudah dipahami secara konseptual, serta tujuan kegiatan pembelajaran tersebut. Bisa dikatakan pembelajaran yang lebih implisit yang dibalut dengan kegiatan ringan sehari-hari di rumah. Guru juga bisa melibatkan orang tua dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

Adapun penilaian yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan penilaian secara holistik, yang dikemas dengan penilaian unjuk kerja berupa performance, tugas, proyek, dll. Tentu harus disiapkan pula rubrik penilaian yang tepat, sehingga setiap unjuk kerja dapat ditentukan mengenai informasi ataupun score yang yang tersermin pada perkembangan siswa tersebut. Ketiga aspek juga harus bisa dilihat secara jelas, walaupun tidak seperti penilaian sebelumnya yang menekankan pada aspek pengetahuan. Orang tua akan sulit berperan terlalu jauh dalam proses penilain unjuk kerja ini. Akan terlihat jelas jika orang tua memaksakan mengambil alih tugas yang semestinya dikerjakan siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun