Mohon tunggu...
Yoga PS
Yoga PS Mohon Tunggu... Buruh - Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Acara TV Kok Kaya Gini?

17 April 2016   14:14 Diperbarui: 17 April 2016   20:07 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering, Gusti, aku bertanya-tanya sendiri,

kenapa sih mama tenggelam di televisi,

mengunyah iklan menelan mimpi.

Sabar, mama, tunggu aku masuk ke layar tivi.

(Doa 1 – Silampukau)

[caption caption="imrussia.org"][/caption]Seorang kawan terheran-heran begitu tahu jika dirumah saya tak ada televisi.

“Hah yang bener? Pasti langganan TV kabel kan?”

Kabelnya sih ada, tapi tivi-nya ga ada. Lha gimana mau nonton TV kabel kalau ga punya tivi? Absennya kotak hiburan warna-warni di rumah kami memang sudah menjadi komitmen bersama. Selain tidak terlalu menikmati acara yang ditayangkan di layar kaca, kami sepakat untuk menjalani hidup hemat biaya hahaha.

Tapi ciyus, ada beberapa alasan kami tidak tertarik membeli tivi. Karena pernah bekerja di media agency, saya tahu jika televisi tak lebih dari media pemasaran untuk mendongkrak penjualan. Semua acara yang diproduksi pada akhirnya akan bermuara pada berapa banyak duit iklan yang bisa dihasilkan (rating hanya salah satu metode pengukuran).

Bagi yang belum tahu, biaya ngiklan selama 30 detik untuk prime time (jam 7 – 9 malam) bisa mencapai puluhan juta rupiah (30-80 juta). Dan biasanya semakin tinggi rating maka semakin mahal biaya ngiklannya.

Bagaimana cara mengukur rating? Mayoritas pengiklan akan menggunakan rating point hasil study AC Nielsen. Jadi Nielsen memiliki sebuah alat “people meter”, dimana dia akan memasangkan alat di ribuan rumah yang dijadikan sample. Lewat alat itu akan ketahuan, berapa persen orang yang menonton suatu acara, program apa yang paling diminati, acara yang paling sedikit penontonnya, dan kebiasaan menonton lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun