Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Inilah 4 Ciri Orang Dewasa dari Sudut Pandang Guru

2 Juni 2021   06:35 Diperbarui: 2 Juni 2021   06:43 4731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Instagram @baperline

Inilah 4 Ciri Orang Dewasa dari Sudut Pandang Guru

Apa makna dewasa? Bagaimana ciri-ciri orang yang sudah dewasa? Dua pertanyaan yang penting untuk kita ketahui.

Bagi seorang guru, dewasa bukan dilihat dari fisiknya. Dewasa erat kaitannya dengan kematangan berpikir dan pandangan. Ada orang yang usianya 18 tahun, tetapi sudah layak dikatakan dewasa. Ada juga orang yang usianya 40 tahun, tetapi tidak bisa dikatakan dewasa karena pola pikirnya masih seperti anak-anak.

Berdasarkan sudut pandang saya sebagai seorang guru, setidaknya ada 4 ciri seseorang bisa dikatakan sudah dewasa. Keempat ciri ini terinspirasi dari postingan Instagram @baperline yang kemudian saya tafsirkan dari pengalaman saya sebagai seorang guru. Berikut penjelasannya.

1. Bangun untuk kerja
Bangun untuk kerja merupakan ciri pertama orang dewasa. Bekerja apa saja yang penting halal dan tidak melanggar aturan agama, negara, dan adat/sosial. Tidak harus kerja kantoran. Di zaman sekarang, kerja bisa di mana saja dan kapan saja.

Yang dibutuhkan dari bangun untuk kerja adalah kemauan. Kemauan membentuk sikap mandiri. Berani melangkah untuk kerja. Sebagaimana slogan Endang Soekamti. "Mandiri dalam Bekerja, Merdeka dalam Berkarya". Demikianlah, ciri pertama seorang dikatakan sebagai orang dewasa.

2. Gajian untuk Keluarga
Setiap pekerja profesional pasti mendapatkan gaji. Saya sendiri pertama kali mendapatkan gaji sebagai guru di usia 19 tahun (sewaktu bekerja di lembaga bimbingan belajar). Gaji pertama tersebut saya gunakan untuk mentraktir keluarga terdekat saya di Jember, yakni teman kostan.

Menurut saya, keluarga bukan hanya sekadar ibu, bapak, istri, dan anak. Bagi saya, keluarga adalah orang yang peduli dengan kita. Jadi, ciri kedua seorang dewasa ialah gajinya bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang-orang terkasih (keluarga).

3. Tidur untuk istirahat
Orang dewasa harus bisa membagi waktu dengan baik. Kapan waktunya bekerja, kapan waktunya bersama keluarga, dan kapan waktunya istirahat. Tidur bukan karena tidak ada pekerjaan, tetapi tidur benar-benar digunakan untuk istirahat.

Sebagai guru yang punya pengalaman tinggal di pesantren, saya terbiasa tidur setelah isya' dan bangun sebelum subuh. Waktu malam sebaiknya memang digunakan untuk istirahat. Begitulah normalnya dari sudut pandang guru.

Namun, kenyataannya, malam tidak melulu untuk tidur. Bagi sebagian orang, waktu malam malahan menjadi waktu bekerja. Sementara itu, pagi atau siang menjadi waktu untuk istirahat.

4. Salat untuk akhirat
Saya percaya bahwa setelah hidup di dunia, kita akan masuk ke kehidupan baru yang bernama akhirat. Di sanalah kampung halaman kita sebenarnya dan kita akan bertemu pencipta alam semesta. Jadi, dunia yang kita pijak ini hanyalah persinggahan sementara saja.

Nah, untuk bekal menuju akhirat, kita perlu menjaga hubungan baik dengan Tuhan, manusia, dan alam semesta. Salah satu caranya ialah dengan mendirikan salat. Mengapa ciri orang dewasa salah satunya salat untuk akhirat?

Karena orang dewasa paham hidup ini harus seimbang. Ada jiwa ada raga. Ada dunia ada akhirat.

Sudah banyak ilmuwan yang meneliti manfaat salat. Salah satu manfaat salat adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar. Namun faktanya, mengapa banyak kriminal yang juga rajin salat? Bahkan, akhirnya muncul semboyan lebih baik tidak salat daripada salat tetapi korupsi.

Untuk menjawab pertanyaan itu, tidak cukup saya jelaskan dalam artikel ini. Namun, intinya yang salah bukan salatnya, melainkan dari orang itu sendiri. Kalau di pesantren ada istilah STMJ (salat terus maksiat jalan terus). Artinya, orang tersebut belum memahami hakikat salat dan hanya menjadikan salat sebagai formalitas belaka.

Sejatinya, setiap agama memiliki salatnya masing-masing. Saya percaya semua agama akan mengajarkan kepada kebaikan. Agama bagi saya layaknya metode hidup yang akan mengantarkan kita menjadi orang yang dewasa dan bahagia dunia akhirat.

Demikianlah makna dan ciri-ciri orang yang sudah dewasa dari sudut pandang saya sebagai guru. Semoga tulisan ini membawa berkah bagi kita. Amin.

Salam hangat dan sehat selalu.


Penulis:
Yoga Prasetya, S.Pd., M.Pd.
(Guru MTsN 1 Kota Malang)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun