Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 17)

5 Mei 2021   07:14 Diperbarui: 29 Oktober 2021   12:58 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Gus Pras (Canva)


Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 17)

Hai Elang, mengapa kau bisa melintasi gelap malam? Sedang aku hanya merindukan bulan.
Padahal kau bukan makhluk yang paling utama.

Hai Elang, mengapa kau bisa menembus deras hujan? Sedang ada hanya memayung teduh.
Padahal kau bukan makhluk yang dipilih menjadi pemimpin.

Begitulah raga, tiada sudi disaingi lainnya. Begitulah raga, tiada pernah puas dengan kenyataan.

"Wahai raga, berhentilah mengeluh. Belajarlah dari Nuri yang mengakui segala kekurangan."

Namun, kesadaran selalu datang terlambat. Hingga, Elang mendekati raga, lalu mencabut jiwa yang melekat.

"Menangislah sejadi-jadinya! Sesali hidupmu di masa lalu!"

Apakah kau baru sadar ketika jiwa melangkah?

Gus Pras/Yoga Prasetya
Malang, 5 Mei 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun