Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 14)

30 April 2021   07:03 Diperbarui: 29 Oktober 2021   12:51 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Gus Pras (Canva)


Ketika Jiwa Melangkah (Bagian 14)

Raga mengoyak-ngoyak bunga di taman yang indah. Angin tertawa, sedang mawar menahan air matanya. "Aku paling utama, siap menghancurkan rupa yang lembut."

Dia menari-nari di padang rumput. Angin bersorak, sedang pohon menyembunyikan dukanya. "Aku yang populer, selalu mendapat pujian dari semesta."

Setiap pagi, siang, malam, raga menuliskan kisahnya. Dia tiada redup, yang ada hanya kesempurnaan. "Akulah yang utama, semua patuh padaku."

Raga menua, jiwa menampakkan matanya. Dia menyingkap sepi yang lama terkandung. "Ketika aku melangkah, kau pasti sedih."

Musim berganti, Raga murung menyesali kepergian jiwa. Ternyata, semua telah redup. "Andai bisa kembali, meski semenit saja."

Gus Pras/Yoga Prasetya
Malang, 30 April 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun