Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam pun Menangis

18 Desember 2020   22:33 Diperbarui: 18 Desember 2020   22:37 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: shutterstock

Dengan mata yang berlinang air, kau menoleh perlahan padaku. Lalu berkata, "langit dan bumi saling bersaing menjadi yang terbaik. Mereka menjatuhkan dalam pujian. Dan aku menyaksikan kemunafikan itu."

Bukankah Tuhan menciptakan mereka untuk beribadah dan menebar kebaikan? Apakah tidak cukup langit menjadi agung tanpa menodai bumi? Dan bumi tak perlu menciptakan asap untuk merobohkan langit?

Sekali lagi kau menangis dalam kesunyian hati yang suci. Pun isyarat kemarin masih membekas dalam ingatan. "Sesungguhnya, dalam berbagai penciptaan, ada tanda bagi orang yang berakal."

Malang, 18-12-2020
Yoga Prasetya/Bilik Apresiasi

Puisi ini terinspirasi dari kisah Nabi Muhammad Saw dan Bilal yang diabadikan dalam QS. Ali Imran: 190.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun