Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menelan Racun

4 Desember 2020   18:00 Diperbarui: 4 Desember 2020   18:12 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: shutterstock

Dinda, kaca yang kau berikan padaku akhirnya pecah juga. Hatimu sakit melihat kepercayaan yang selama ini terjaga, harus berakhir dalam nestapa. Tiada lagi pintu maaf untukku.

Serpihan luka itu masih menganga di balik wajahmu yang tegar. Mungkin akan kau kenang sampai mentari tak bersinar lagi. Atau kau pendam bersama kenangan manis yang pernah terjalin.

Meski raga masih di tempat yang sama, jiwa telah pupus ditelan masa. Kau menyangsikan maafku. Sembari menghapus puisi dalam genangan hujan di malam kelam.

Dinda, marahmu tumbuhkan sesal di lubuk hati. Wajahmu berpaling dari biasnya hidupku. Hanya kata yang bisa terucap:

"Tiap tetes air mataku, hanya ratap, harap, dan maaf yang mengiringi langkahku."

Malang, 4 Desember 2020

Puisi Yoga Prasetya untuk Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun