Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pengorbanan Leluhur Kepala Sekolah

26 November 2020   18:00 Diperbarui: 26 November 2020   18:01 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canva/Yoga Prasetya

"Dunia bukan hanya tempat manusia tetapi juga makhluk Tuhan lainnya. Selama kau masih di bawah langit, selama itu pula pertarungan hitam putih baik buruk akan terjadi," ucapan pertama yang keluar dari mulut leluhur Pak Marjono.

Banyak petuah bijak diajarkan makhluk tak kasatmata kepada Pak Mar. Masih ingat pertemuan pertama mereka di petilasan keluarganya di pulau M. Sebagaimana ada awal, pasti ada akhir sebuah perjalanan.

***

Malam ini Gunung Merapi tampak membara dengan ratusan genderuwo yang terluka dan goresan darah Pak Mar. Perang di Kerajaan Genderuwo telah memancing perhatian banyak makhluk lain. Semua ini terjadi demi menyelamatkan jiwa Pak David yang terpenjara.

"Tamatlah riwayat kalian. Hahaha!" Seru Genderuwo bermahkota ungu.

Pak Mar dan Sakera sudah terkepung di antara lingkaran genderuwo yang ganas. Tenaga mereka sudah habis untuk melakukan perlawanan. Bahkan, aritnya tak lagi mampu tuk diayunkan.

Namun, masih ada senjata rahasia yang dimiliki Sang Sakera. Kekuatan leluhur Pak Mar tersebut memang tiada duanya. Ketika masih hidup, Sakera menjadi satu-satunya orang yang bisa melawan ribuan kompeni dengan menggunakan sebilah arit saja. Meski akhirnya, ia mati ditikam oleh temannya sendiri, pribumi yang iri kepadanya.

Leluhur kepala sekolah itu melayang ke atas langit. Badannya berubah menjadi cahaya putih yang bersinar. Sementara itu, aritnya membesar dan seakan siap membelah bulan di atas Gunung Merapi.

Semua genderuwo melihat langit yang bercahaya. Semakin mereka memandang semakin dekat cahaya itu. Sayang mereka tak menyadari apa yang terjadi setelah itu.

Satu persatu kawanan genderuwo itu terbakar dan lenyap. Beberapa mencoba untuk lari tetapi arit raksasa datang menjemput mereka. Aroma anyir dan asap daging bakar sangat terasa malam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun