Mohon tunggu...
Yoehan Rianto Prasetyo
Yoehan Rianto Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Guru PPKn

diri, jadilah jiwa samudera yang menampung segala

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Motivasi dari Tembang "lir-ilir"

29 Juni 2012   16:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:25 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambil ngopi menikmati damainya pagi saya nyetel lagu "lir-ilir" versinya Cak Ainun Nadjib yang dicampur aduk sama shalawat badar, tentu banyak yang telah mendengar lagu ini dan tidak sedikit yang hafal dengan lirik lagu yang konon diciptakan oleh Sunan Kalijogo, salah satu dari Wali Songo-penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Dapatlah saya bayangkan bagaimana situasi saat pertama sekali lagu ini diperkenalkan kepada masyarakat yang masih memegang teguh adat-tradisinya. Sejenak memang seperti sebuah ajakan untuk berkumpul dalam suatu pertemuan-lebih dari itu saya membayangkan adanya sekumpulan masyarakat dengan diskusi-diskusi yang tidak dibatasi oleh status sosial (bolehlah saya mereka-reka gambaran sejarahnya). Seperti dialog punakawan dalam memecahkan persoalan yang dihadapi oleh petinggi-petinggi wayang. Sangat proletar kalau boleh saya bilang meskipun saya tidak pernah tahu menahu soal seni dan sejarah. Tentu sebagai orang yang awam saya juga mengerti tentang adanya "isi sampaian" dalam suatu karya, termasuk juga dalam lagu "Lir-ilir" ini. Selain gambaran yang tiba-tiba memenuhi isi kepala, juga tentang misi motivasi yang saya tangkap dalam lagu tersebut. Berikut syair lagunya: Lir ilir lir ilir tandure wis sumilir Tak ijo royo royo Tak sengguh panganten anyar Cah angon cah angon penekna blimbing kuwi Lunyu lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore Mumpung padang rembulane Mumpung jembar kalangane Sun suraka surak hiyo Berikut (kurang-lebih) dalam bahasa Indonesia: Sayup-sayup bangun (dari tidur) Pohon sudah mulai bersemi, Demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru Anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu walaupun licin(susah) tetap panjatlah untuk mencuci pakaian Pakaian-pakaian yang koyak(buruk) disisihkan Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore Mumpung terang rembulannya Mumpung banyak waktu luang Mari bersorak-sorak ayo… "Lir-ilir" memberi motivasi untuk segera bangkit, yang berilmu jangan hanya jadi "petapa", jadilah teladan bagi yang lain. Yang muda bangkit mencari ilmu, kebodohan tidak akan dapat lenyap tanpa adanya aksi. Bangkit membangun diri, bangkit membenahi diri untuk membenahi bangsa. bangkit bekerja, mengabdi di jalan Allah."Lir-ilir, tandure wis sumilir" yang berarti bangkitlah, waktunya telah tiba, inilah, kinilah saatnya bangkit dan berbenah. "Tak ijo royo royo", segar menghijau seperti tanaman muda yang bersemi, diliputi semangat untuk bekerja-membangun dan berbenah. "Tak sengguh panganten anyar" seperti menyambut kehadiran pengatin baru, membangun satu keluarga/kekeluargaan (gotong royong). "Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi, Lunyu lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira." Dimaksud disini adalah pemimpin. Orang yang mampu menjadi imam yang baik yang mengajarkan syari’at Islam. Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari lima rukun Islam. Disamping itu, tiap-tiap orang adalah pemimpin, pemimpin bagi diri sendiri dan pemimpin bagi yang lain (terkait dengan keteladanan). "lunyu-lunyu penekna, kanggo mbasuh dodotiro", susah-sulit tuntunlah, beri keteladanan untuk senantiasa berbenah. "Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir", sisihkan sifat / tradisi / kebiasaan yang sudah tidak lagi bermanfaat, yang buruk, yang merugikan hendaklah dihilangkan, jangan terus dipelihara dan bahkan dilestarikan. "Dondomana jrumatana kanggo seba mengko sore" benahi yang sudah ada, lengkapi yang kurang, sepertinya berkaitan dengan pembenahan/pembangunan akhlak-moralitas dari tiap-tiap generasi, yang sudah ada (ditemukan) dan dianggap baik dan bermanfaat dipertahankan dan lengkapi lagi ilmu agar sempurna yang telah ada. "Mumpung padang rembulane, Mumpung jembar kalangane, Sun suraka surak hiyo" mumpung masih ada kesempatan untuk berbenah, setiap waktu adalah saat untuk berbenah dengan senantiasa menyambut pengetahuan dengan bersuka/ hati terbuka. Demikian yang ada dalam otak saya ketika mendengar lagu "lir-ilir", yang mungkin belum sepenuhnya sempurna, saya anggap "belum sempurna" sebab apa yang saya pikirkan ini masih juga perlu dibenahi (dilengkapi) dengan sudut pandang lain. Semoga bermanfaat. salam. Yoehan Rianto Prasetyo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun