Mohon tunggu...
Yoel Fermi Kaban
Yoel Fermi Kaban Mohon Tunggu... -

Seorang Karo, pengagum semesta, berguru pada kehidupan, menggemari dunia teater, sastra, audio (&) visual, natural, digital serta musik terlebih etnik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menonton Debat Capres lewat Twitter

10 Juni 2014   21:19 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:22 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1402382780598005602

Apakah anda termasuk orang yang tidak melewatkan siaran langsung debat Capres I tadi malam, mungkin dengan menunda kepulangan agar sempat menontonnya di kantor atau malah jadi mempercepat langkah agar bisa menyaksikannya di rumah saja?

Saya juga tidak melewatkanya, namun menontonnya lewat linimasa twitter. Bukan hanya karena kebetulan tidak bisa menonton TV sedang berada di acara penghiburan terhadap keluarga yang sedang berduka, tapi, karena memang ini memasuki tahun ke-3 tidak menonton TV, tidak ada TV di kosan. *Ini bukan kode menerima hibah TV. haha*

Seperti menyaksikan tontonan langka, acara yang ditunggu-tunggu, lima tahun sekali, Debat Calon Presiden dan wakilnya, antusiasme masyarakat sangat tinggi, banyak hal menarik yang terjadi. Mulai dari potongan kertas yang terselip, tanggapan terhadap capres yang menjawab tak nyambung, suara yang bergetar, keriuhan penonton yang hadir langsung, sampai komentar terhadap moderator.

[caption id="attachment_341618" align="alignleft" width="540" caption="Pernyataan dari Produser acara Debat Capres I (bagi yang belum melihatnya)"][/caption]

Sudah menjadi hobi lama menonton orang yang menonton. Tadi malam lewat linimasa twitter, seperti yang diungkapkan visual artist idola saya, Pinot lewat twit-nya, server twitter jadi sibuk karena debat capres tersebut -sama halnya dengan dunia nyata, (bagi saya) social media bagaikan sebuah pasar yang baru, tempat keramaian-. Beragam sikap penonton merespon apa yang berlangsung di layar kaca, dari komentar yang sangat serius terhadap isu-isu dan logika-logika "tanya jawab" tersebut, sikap debat, cara peserta menjawab pertanyaan-pertanyaan moderator, sampai hal yang sepele dan tidak penting sekalipun dibahas pada "pertarungan" pertama itu.

Sebuah pemandangan indah melihat sikap-sikap kritis orang Indonesia dalam menanggapi Capres dan wakilnya saat "ditelanjangi" di layar kaca melalui pemikiran-pemikirannya. Ada yang mengekspresikannya dengan kultwit, pembahasan lewat twit yang berseri, ada juga yang dengan komen #sengkebabah bahkan dengan visual-visual komik atau meme.

Boleh dikatakan sangat demokratis. Ketegangan sangat dirasakan di linimasa yang jujur, kebanyakan di antara yang tertangkap mata adalah pendukung calon nomor 2, namun sepengelihatan mata masih dengan logika. Sebab-akibat, reaksi keras menanggapi mengenai hal-hal dengan "jika hal kecil saja tidak bisa dilakukan, apalagi yang lebih besar" yang terlontar dari banyak akun-akun twitter itu, membuat tidak percaya karena melihat apa yang sudah ada sebelumnya.

Masyarakat sungguh butuh seperti yang ada malam tadi, untuk meyakinkan diri sendiri memilih siapa yang dipercaya untuk berpengaruh dalam kehidupan, setidaknya dalam 5 tahun ke depan.

Akhirnya, hasil tontonan (menonton penonton) saya lewat micro blogging tadi malam adalah bahwa kampanye sudah mulai dari beberapa waktu lalu, 5 tahun yang lalu, bahkan apa yang dilakukan 16 tahun yang lalu, dari yang terkecil sampai yang terbesar.

Selamat berkampanye untuk masa depan, untuk cita-cita apa saja, itu sudah berlangsung dan ingat, kan, masa depan itu dari sekarang!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun