Mohon tunggu...
Intan Ayu P
Intan Ayu P Mohon Tunggu... Lainnya - anak indie

Ini nulis iseng-iseng aja kok.. Salam kenal :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Semasih Ada Waktu

28 November 2020   16:00 Diperbarui: 28 November 2020   16:10 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Ta-ta-p i… ini beneran Ayah kan? Bukan mimpi kayak tadi?” Arka begitu ketakutan.

“Iya sayang, ini Ayah. Ayah ke sini kaget kamu tiba-tiba teriak panggil Ayah. Terdengar dari bawah,”

“Oh Tuhan, syukurlah terimakasih banyak.” Arka melepaskan pelukannya sambil mengusap air matanya yang sudah banjir ke pakaiannya.

Ayahnya tersenyum, kelihatan ingin mengatakan sesuatu.

“Umm Dek, Ayah mau berkata jujur soal ibu. Ibu gamau Ayah ceritain ini ke Kamu, tapi kayaknya Kamu harus tahu ini biar gak salah paham lagi,”

“Sebenarnya Ayah sudah tahu ibu punya penyakit tumor otak dari setahun yang lalu. Ibu juga baru memberitahukan Ayah ketika gejalanya sudah sangat parah. Ayah shock berat. Gak bisa berkata apa-apa. Ayah sudah berusaha untuk membawa ibumu berobat ke rumah sakit mana saja. Tapi sayangnya, Tuhan berkata lain. Ibumu dipanggil duluan Ka. Ibu berpesan biar Ayah gak ngasih tau penyakitnya ke Kamu. Katanya, ibu takut Kamu kepikiran terus sama ibu. Karena Kamu hanya anak satu-satunya.” Ayah sambil tersenyum menahan air mata.

“Jadi, Ayah mohon. Kamu jangan salah paham sama Ayah soal yang menelantarkan ibu. Ayah sudah berusaha sebaik mungkin Ka. Mungkin ini sebabnya juga Kamu jadi berubah seperti ini setelah ibu meninggal,” lanjut ayahnya lagi.

Arka diam membatu. Terlihat lesu setelah mendengar penjelasan dari ayahnya barusan.

“Ayah berencana hari ini mau ke makamnya ibu. Kamu mau ikut gak? Kayaknya dia sudah kangen sama kita. Sudah sebulanan sepertinya kita tidak mengunjunginya,”

“Tentunya mau Yah. Dan Arka minta maaf lagi soal kejadian yang sebelumnya. Arka janji bakal berubah dan nurutin kata Ayah. Biar ibu di surga juga senang melihat Arka dan Ayah bersama.” Arka berkaca-kaca meminta maaf.

“Hahahaha. Anak lanangku gemesin juga. Bukan karena ada maunya kan?” rayu ayah sambil bercanda ria. Arka langsung berpura-pura cemberut kesal. Ayah Arka bangga melihat anaknya mau berubah kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun