Mohon tunggu...
Yocta Nur Rahman
Yocta Nur Rahman Mohon Tunggu... -

tetap mahasiswa ('09) Educational Psychology and Guidance of Yogyakarta State University, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesehatan Mental di Lingkungan Sekolah

25 Mei 2010   12:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:58 7859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketidaksiapan dalam menghadapi ujian, bullying, ketidakpercayaandiri, kehamilan di luar nikah, bahkan perilaku bunuh diri karena tidak lulus UN merupakan beberapa indikasi adanya ketidakmampuan pada pribadi siswa dalam menangani masalah pada dirinya yang juga merupakan tanda adanya gangguan kesehatan mental, mengingat remaja merupakan fase yang rawan, labil, dan dinamis.

Sebelum melangkah lebih jauh, kesehatan mental pada umumnya tak kalah penting dengan masalah kesehatan jasmani dan bila pada hal ini mengalami gangguan maka akan dapat menimbulkan hal-hal negatif yang tidak diinginkan layaknya gangguan pada kesehatan jasmani. Yang membedakan dari keduanya adalah gangguan pada kesehatan mental berakibat pada timbulnya perilaku menyimpang (maladjustment) yang tidak diinginkan baik oleh diri sendiri maupun lingkungan sekitar. penyimpangan perilaku ini tidak sepenuhnya disadari sebagai bentuk gangguan pada individu bahkan tak jarang saat seseorang merasa baik-baik saja dengan dirinya secara tak sadar sedang dalam masalah mental yang mungkin dinilai kritis. penyimpangan diwujudkan dalam berbagai perilaku yang secara umum dapat diterima di masyarakat maupun yang dipandang sebagai bentuk kelainan. Maka dibutuhkan adanya pemahaman kesehatan mental dan tak mengesampingkan hal ini begitu saja untuk dapat membangun kesadaran untuk hidup secara sehat baik jasmani maupun mental. kesehatan mental dapat dipahami sebagai terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. (Zakiah Darajat: 1975). sedangkan cakupan kesehatan mental itu berupa (1) bagaimana kita memikirkan, merasakan, menjalani, kehidupan sehari-hari; (2) bagaimana memandang diri sendiri dan orang lain; (3) bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan (Samsu Yusuf: 2009).

Anak dalam masa perkembangannya akan dihadapkan dalam berbagai lingkungan. Lingkungan yang paling awal dikenal dan terdekat oleh anak adalah adalah lingkungan primer. Lingkungan primer merupakan lingkungan keluarga di dalamnya terjadi interaksi yang inten dengan orang tua. Orang tua secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi setiap terbentuknya perilaku dasar pada anak. Anak cenderung melakukan copying terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya, maka orang tua merupakan pihak yang sangat bertanggung jawab terhadap arah perkembangan anak. Disamping lingkungan primer, anak juga akan dihadapkan pada lingkungan sekunder. Lingkungan kedua ini merupakan lingkungan sekolah. Di lingkungan ini anak tidak hanya belajar pada tataran akademik tapi anak juga akan turut belajar bagaimana untuk melakukan sosialisasi terhadap orang-orang sekitarnya, terlebih dengan sebayanya. Pada lingkungan ini anak juga akan terpengaruh pada dinamisasi di dalamnya. Seperti pada lingkungan primer, lingkungan sekunder mempunyai peranan penting dalam mengawal masa transisi anak. Di dalamnya juga tak lepas dari adanya gangguan-gangguan yang muncul terkait kesehatan mental pada anak dalam masa pembelajarannya di sekolah atau pada wilayah sekolah disebut peserta didik. Lebih jauh mengenai masalah kesehatan mental di sekolah Dr. Moh. Surya (1985) mengungkapkan bahwa gangguan tersebut meliputi: (1) masalah kesulitan belajar; (2) masalah kenakalan remaja; (3) masalah disiplin; dan (4) masalah gangguan mental.

Beberapa masalah seperti diatas cepat atau lambat akan ditemui dalam berbagai tingkat kerumitan masalah, tergantung dari seberapa komplek masalah yang ditimbulkan serta lingkungan yang ada. Dalam masa perkembangan peserta didik pada jenjang sekolah menengah (SLTP & SLTA) sebagaimana kita ketahui merupakan masa yang labil dan membutuhkan pendampingan guna mengarahkan pada hal-hal yang bersifat positif tanpa mengabaikan sisi aktualisasi peserta didik dan sekolah sebagai pihak yang mendapatkan amanah dari orang tua sedapat mungkin mampu mengakomodasi hal tersebut. pada masa ini peserta didik yang pada umumnya remaja sedang mengalami fase trasinsisi (peralihan) antara sikap bergantung (dependent) menuju sikap bebas (independent) pada usia dewasa.

Pada umunya perhatian akan pentingnya kesadaran dan pemahaman terhadap kesehatan mental di lingkungan sekolah kerap luput. Perlu perhatian serius dari segenap pihak khususnya pada guru pembimbing atau konselor juga tak lepas dari peranan kepala sekolah, guru mata pelajaran, maupun staf kantor. Kurangnya perhatian terhadap masalah kesehatan mental peserta didik tak jarang berakibat pada timbulnya maladjustment atau tindakan penyimpangan dalam berbagai bentuk dan tentunya bisa sangat merugikan.

Manifestasi dari berbagai gejala gangguan kesehatan mental yang dialami peserta didik ini pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian kognitif akademik siswa berupa prestasi belajar dan berpengaruh terhadap perkembangan psikis yang tidak optimal pada siswa. Pengaruh pada prestasi belajar umumnya ditandai dengan menurunya daya tangkap materi yang diajarkan, ketidakmampuan dalam menyelesaikan tugas maupun ujian yang berakibat pada jatuhnya hasil belajar yang ditandai dengan nilai-nilai yang tidak memenuhi standar. Sedangkan pada perkembangan psikis, hal ini terkait pada masalah kenakalan remaja berupa tingkah laku agresif, pergaulan bebas, tindak asusila dan sebagainya; kedisiplinan berupa menyontek, acuh terhadap tata tertib, ketidakrapian dalam berpakaian dsb; pada gangguan mental nampak pada sikap yang dingin pada lingkungan, selalu murung, nampak cemas yang belebihan, gejala narkotika, dsb.

Dari uraian singkat diatas secara umum kita mampu memahami kesehatan mental di lingkungan sekolah. Maka beberapa hal yang dapat diupayakan untuk menerapkan prinsip kesehatan mental di lingkungan sekolah Dr. Muh Surya (1985) mengungkapkan beberapa saran diantaranya:



  1. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah (at home) bagi anak didik, baik secara sosial, fisik, maupun akademis.


  2. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun