Mohon tunggu...
Yoba Revkyandi
Yoba Revkyandi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca Iman

Mahanya Siswa PBi 2018

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jerih Payah Seorang Ibu Sayur dalam Mengkuliahkan Anaknya di Tengah Pandemi

23 Juni 2021   16:11 Diperbarui: 23 Juni 2021   16:23 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret ibu sayur (23/06/2021) sedang berjualan waktu pandemi (Dokpri)

Bercucur keringet, Berjuang dalam pandemi kini dirasakan oleh pedang sayur kecil-kecilan. 

Covid-19 yang melanda jagat raya selamat 2 tahun benar-benar menggangu aktifitas segala umat manusia di dunia tak terkecuali, pedagang sayur di Curup, Provinsi Bengkulu.  Semua orang yang mencari nafkah dengan cara berdagang bener-bener kewalahan dan omset yang kian lama kian menurun dari biasanya. Di awal pandemi terjadi banyak peraturan pemerintah yang cukup merugikan para pedagang yang notabene berjualan langsung ke masyarakat dan melakukan kontak langsung. Dengan adanya peraturan PSBB pada awal pandemi ibu pedagang sayur melakukan jualan dengan berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainya untuk menghindari razia.

Saya mencoba untuk menggali informasi faktual dengan mencari-cari narasumber yang ada di lapangan. Saya menemukan beberapa pedagang yaitu Pak Rojikan, Ibu Endang, Bapak Kucer. Saya sempat menanyakan perihal keadaan berdagang mereka waktu pandemi melanda dan cara mengatasinya. Pak rojikan atau bisa di singkat rojik "Mas, Memang awal-awal kami pedangang sayur kecil-kecilan seperti hampir putus asa dengan keadaan, tapi saya tidak mau menyerah karna ini adalah salah satu kemampuan saya mengusasai persayur-sayuran, jadi mau nggak mau ya tetap dagang mas". sedangkan lain lagi dari Bapak kucer"memang di awal sangat anjlok sekali omset kami-kami mas, tapi dengan strategi pemasasran karna saya juga mengirim sayur ke luar Curup, jadi banyak di daerah sana membutuhkan mas". Ibu Endang salah satu narasumber terakir yang saya jumpai hari itu, menjadi sosok penting dalam kegiatan pewawancaraan saya waktu itu. (19/06/2021)

Dengan begitu cara pedagang sayur mencari nafkah untuk keperluan keluarganya, namun ada yang menarik pada salah satu narasumber yang saya temui, Endang salah satu pedagang sayur yang bisa di panggil ibu sayur, memiliki background atau latar belakang yang menyeentuh hati saya dalam berjualan daganganya. Pada saat bertemu dengan narasumber saya bertanya 'kenapa ibu memilih berdagang sayur seperti ini ketimbang menetap di salah satu pasar tradisional yang tersedia di daerah Curup, salah satunya Pasar Atas. Endang' dikarenakan banyak pasokan sayur yang dengan mudah di dapatkan di tempat dia berjualan'. Karena posisi yang strategis itu ibu sayur lebih memilih seperti ini.

Karna jika di teliti dengan seksama, daerah Curup, terkusus Selupu Rejang memiliki pasokan sumber daya alam yang sangat melimpah mulai dari sayur-sayuran rumahan atau juga buah-buah yang mudah di jumpai. Ibu sayur "memang mas, kalo kita berjualan disini harga sayur lebih murah daripada kita berjualan di pasar". 

Saya bertanya kepada narasumber, "bagaimana omset atau pemasukan saat berjualan sebelum pandemi dan ketika pandemi". Ibu sayur menjawab" susah mas, jaman sekarang susah buat dapat uang lebih, bahkan saya sekarang sedang mengkuliahkan anak saya di salah satu universitas di Jawa mas". Saya yang terheran-heran dan tercengang mendapat jawaban begitu, menjadi bertanya-tanya perihal anaknya yang sekolah di bangku universitas di Jawa.

Ibu Sayur "Bener mas, salah satu anak saya dapat berkuliah di jawa, dengan hasil jerih payah saya menjual sayur-sayuran seperti ini. Hasilnya tidak seberapa namun cukup untuk kehidupan saya sekeluarga, namun dengan adanya pandemi omset anjlok saya kebingungan mau banting tulang kemana lagi dan harus bagaiaman lagi untuk membayar kuliah anak saya.". Saya sangat kagum dengan usaha ibu sayur dan cukup terharu saat mendengar ceritanya.

Akan tetapi pandemi covid-19 ini tidak melunturkan usaha dan pengorbanan ibu Endang untuk mengkuliahkan anaknya di bangku perkuliahan, tak tanggung-tanggung anaknya dapat di sekolah kan oleh dia sampai ke Universitas di pulau Jawa. Hal ini dilakukanya agar anaknya memiliki pekerjaan yang lebih mapan ketimbang dirinya saat ini.

Memang dengan naik turunya harga sayur sewaktu pandemi bener-bener dapat memiliki pengaruh yang besar, Ibu sayur" dia mengatakan mengatasi ini dengan cara berikhtiar kepada yang maha kuasa karna segala sesuatu maupun itu rejeki, nikmat harus bersukur dan meminta kepada Allah SWT." cuit ibu Endang.

Ibu endang sekarang menjadi salah satu orang yang dapat menginspirasi saya dengan berkuliah bersungguh-sungguh, jerih payah, dan pengorbanan ibu Endang untuk kesuksesan anakya patut di jadikan contoh oleh pemuda-pemuda yang kususnya sedang melaksanakan pendidikan di bangku perkuliahan.  Walaupun banyak hal yang menghalang tidak menciutkan keingignan sesorang, memang betul perumpamaan "Sekotor-kotornya emas kalo di tempatkan di lumpur, bakal tetap jadi emas".

Berbagai upaya dari pedagang sayur kecil-kecil seperti ini memang cukup menjadikan kita pelajaran hidup bagaiaman perjuangan orang-orang kecil yang mencari kesuksesaan demi kemajuan hidup mereka. Semoga pandemi cepat berakir dan membuat perekonomian kembali seperti semula dan tidak ada yang bersusah payah lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun